Mohon tunggu...
INDRIAN SAFKA FAUZI (Aa Rian)
INDRIAN SAFKA FAUZI (Aa Rian) Mohon Tunggu... Penulis - Sang pemerhati abadi. Pemimpin bagi dirinya sendiri.

Hamba Allah dan Umat Muhammad Saw. 🌏 Semakin besar harapan kepada Allah melebihi harapan kepada makhluk-Nya, semakin besar pula potensi dan kekuatan yang kita miliki 🌏 Link Akun Pertama: https://www.kompasiana.com/integrityrian 🌏 Surel: indsafka@gmail.com 🌏

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pertengkaran Diawali Prasangka Buruk, Tajassus dan Lenyapnya Nalar Kritis untuk Mengkritisi Diri Sendiri

22 Desember 2022   10:45 Diperbarui: 22 Desember 2022   11:03 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tajassus (kalam.sindonews.com, Foto: Ist)

Hai sahabat Pembaca!

Di zaman akhir ini manusia disibukan dengan pelbagai pertengkaran, dari skala kecil di dalam rumah keluarga, melebar ke lingkungan bertetangga, hingga yang paling besar konflik antar negara yang berujung peperangan.

Tahukah kamu sahabat?

Bahwa penyebab utama dari pertengkaran adalah:

Prasangka Buruk, Tajassus dan Lenyapnya Nalar Kritis untuk Mengkritisi Diri Sendiri.

Pada zaman akhir ini berdasarkan kalender zaman sastra Veda, kita hidup di zaman Kaliyuga yang ke 5000 tahun. Zaman Kaliyuga sendiri disebut Era berkuasanya Iblis Kali di muka bumi yang menyebabkan dunia penuh dengan kegelapan dan kekotoran bathin. Era Zaman Kaliyuga diawali dengan wafatnya Parikesit, yakni cucu dari Arjuna sang Pahlawan Perang Epic Mahabharata.

Era Kaliyuga (beritabali.com)
Era Kaliyuga (beritabali.com)

Karakteristik manusia di Zaman Kaliyuga adalah:

1. Kejahatan sudah muncul dalam pikiran manusia, artinya kejahatan ada dalam diri manusia itu sendiri. Disebabkan kelahiran sebelumnya yang dipenuhi karma buruk, sehingga karma buruk bawaan menjelma menjadi setan yang ada dalam pikiran manusia dan membisikan godaan godaan yang menyesatkan. Maka mengucapkan Nama Suci Tuhan sesuai keyakinan kuat religius sang diri adalah metode ampuh untuk mencegahnya, inilah alasan utama keberadaan Ajaran Agama hadir di muka bumi.

2. Karena manusia di Zaman Kaliyuga, didominasi oleh manusia yang dipenuhi karma buruk saat kelahirannya di muka dunia. Maka kecenderungan untuk tipu menipu demi memuaskan hati dan memenuhi syahwat makin merajalela.

3. Manusia condong lebih bahagia secara materi, ketimbang berhubungan penuh kasih antar sesama hidup, oleh karenanya manusia di Zaman Kaliyuga menggunakan Uang sebagai sandaran kehidupan. Dimana Uangpun bisa membeli kehormatan dan kedudukan. Akibatnya kehidupan nampak masyarakat yang mengagungkan harta bendawi yang sarat orientasi hidup materialisme, hedonisme, dan individualisme.

Dengan demikian wajar saja dengan karakteristik manusia yang dominan saat ini, pertengkaran demi pertengkaran sering terjadi, karena manusia tidak mampu mengendalikan pikirannya sendiri.

Manusia lebih senang berprasangka buruk kepada sesamanya, tidak mengkritisi sangkaan-sangkaan tersebut demi kebaikan bersama. Sehingga jika sesama manusia demikian bertemu, maka akibatnya pertengkaran antara keduanya tak terelakan.

Bisikan Setan (obsessionnews.com, Foto: Ist)
Bisikan Setan (obsessionnews.com, Foto: Ist)

Misal.

Si A terhasut oleh setan dalam pikirannya bahwa Si B itu punya maksud buruk terhadapnya. Dan begitu pula Si B yang terhasut oleh setan dalam pikirannya bahwa Si A pun punya maksud buruk terhadapnya. Si A dan Si B saling melihat keburukan diantara keduanya, tak sama sekali berprasangka baik, bahwa setiap manusia pasti memiliki kebaikan.

Akibatnya ucapan tidak mengenakan hati, terlontar dari lisan keduanya, saling hujat diantara keduanya tak terelakan. Keduanya tidak mau mendengar satu sama lainnya, terjebak oleh sangkaan-sangkaan yang telah dibisikan di hati keduanya, dan mempengaruhi pikiran keduanya untuk terus melihat keburukan-keburukan dari sesamanya.

Apakah fenomena ini sering terjadi di lingkungan kita?

Maka hentikanlah menerima sangkaan sangkaan buruk yang diawali dari pikiran kita sendiri yang kelak dilisankan atau dituliskan kepada sesama kita. Sebelum permusuhan dan kebencian semakin memupuk hingga akhirnya kita tercerai berai dan terjebak dalam lingkaran setan untuk saling menjatuhkan.

Allah sesungguhnya telah mengkaruniai akal kepada manusia, agar mampu mengkritisi apa-apa yang dibisikan setan dalam pikiran kita. Daripada sibuk mengkritisi orang lain, maka diri sendirilah yang sebenarnya perlu dikritisi, agar menjadi insan yang lebih baik lagi.

Tajassus (kalam.sindonews.com, Foto: Ist)
Tajassus (kalam.sindonews.com, Foto: Ist)

Prasangka buruk diawali dari sikap Tajassus yang dijelaskan dalam ajaran Islam. Tajassus adalah sikap memata-matai, mencari-cari kesalahan dan keburukan sesamanya, untuk membongkar aib seseorang lalu kemudian mempermalukannya. 

Sikap tajassus di zaman internet of things, lebih dikenal dengan kebiasaan doxing, atau menyebarkan informasi pribadi orang lain tanpa seizinnya, apalagi informasi pribadi itu bersifat sensitif dan menimbulkan ketidaknyamanan untuk diterima masyarakat pada umumnya, karena berujung pada pencemaran nama baik hingga menjurus pada pembunuhan karakter.

Karena kita tidak mengkritisi apa yang ada dalam pikiran kita sendiri, dan malah sibuk tajassus, pada akhirnya kita rugi sendiri. Karena jika hukum aksi reaksi atau sebab akibat, tidak terjadi pada pihak yang senang bertajassus, maka balasan perbuatan buruknya sedang ditangguhkan Allah dibiarkan menumpuk-numpuk semasa di dunia, dan baru diperlihatkan balasannya kelak di akhirat yang kekal.

Untuk apa kita berprasangka buruk, melakukan tajassus dan tidak mau mengkritisi apa yang ada dalam pikiran kita sebelum disampaikan ke orang banyak? Kalau ujung-ujungnya adalah merusak karakter kita sendiri yang berlanjut pada penderitaan dan kesengsaraan diri kita sendiri di kemudian hari yang kekal?

Maka.

Apa sebaiknya yang dilakukan diri kita di Zaman Kaliyuga (Kegelapan) yang penuh pertengkaran ini?

Jawaban ada di nurani masing-masing.

Tertanda.
Aa Rian (Indrian Safka Fauzi)
Cimahi, 22 Desember 2022.

Semangat kita... Tidak pernah padam!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun