Mohon tunggu...
INDRIAN SAFKA FAUZI (Aa Rian)
INDRIAN SAFKA FAUZI (Aa Rian) Mohon Tunggu... Penulis - Sang pemerhati abadi. Pemimpin bagi dirinya sendiri.

Hamba Allah dan Umat Muhammad Saw. 🌏 Semakin besar harapan kepada Allah melebihi harapan kepada makhluk-Nya, semakin besar pula potensi dan kekuatan yang kita miliki 🌏 Link Akun Pertama: https://www.kompasiana.com/integrityrian 🌏 Surel: indsafka@gmail.com 🌏

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dahsyatnya Semangat dan Energi Dzikir yang Unlimited

11 Desember 2022   05:30 Diperbarui: 11 Desember 2022   06:46 649
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dzikir (Sumber: beritabaik.id)

Hai sahabat pembaca!

Perubahan zaman tak terelakan sahabat, hal ini ditandai dengan bermunculannya tanda-tanda kiamat kubra dalam ajaran Islam. Energi dari teknologi energi bendawi (listrik dan nuklir) kelak akan tergantikan dengan energi humanis yang berasal dari Dzikir (Mengingat Nama Suci Allah) dan Shalawat (Mengagungkan Nama Baginda Rasulullah S.A.W) yang diyakini sepenuh hati.

Saat kondisi posisi planet tata surya Bima Sakti mulai dalam posisi yang unik dari biasanya, hal ini tentu akan mempengaruhi kualitas energi yang ada di muka bumi. Artinya semesta mendukung penuh dahsyatnya energi humanis yang kelak mewarnai kehidupan muka bumi.

Perubahan Zaman (Sumber: Freepik)
Perubahan Zaman (Sumber: Freepik)

Pada zaman baru itu orang-orang yang penuh jiwa semangat dalam berjuang untuk kehidupan dengan selalu berkarya dan berkontribusi untuk kemanusiaan dan alam kelak memiliki kekuatan luar biasa dibandingkan dengan orang-orang yang hanya fokus pada pemenuhan pemuasan inderawi dan bermegah-megahan dalam hal materi.

Semangat yang tinggi sangat mempengaruhi kualitas energi humanis pada diri manusia di zaman tersebut. Apalagi seorang tersebut rajin melakukan peribadatan seperti dalam ajaran Islam tak pernah meninggalkan shalat, mengaji Al-Quran, rajin bershalawat dan berdzikir dengan penuh keyakinan pada Allah, Malaikat-Nya, Kitab-Nya, Rasul-Nya, Hari Kiamat, Qada dan Qadar. Niscaya seorang shaleh tersebut diliputi energi dahsyat yang kelak akan terbangkitkan saat peristiwa perubahan zaman.

Konstelasi (Sumber: bladjar.com)
Konstelasi (Sumber: bladjar.com)

Energi yang berasal dari dzikir dan shalawat sejatinya unlimited atau tidak terbatas, sangat berbeda dengan energi bendawi yang berasal dari pengerukan dan eksploitasi alam. Karena kata-kata yang mengandung Nama Tuhan dan Utusan-Nya mengandung energi yang dapat mengakses kekuatan dahsyat dari Konstelasi yang kekal atau kita sebut dalam ajaran Islam "Surga Allah yang Kekal". Siapa yang bisa menghentikan seorang beriman dan bertakwa dari berdzikir dan bershalawat?

Energi yang berasal dari konstelasi kekal melalui kegiatan berdzikir dan bershalawat dengan kecepatan pikiran yang melebihi kecepatan cahaya memasuki tubuh seseorang tersebut. Apalagi jika dikombinasikan dengan olah nafas dengan titik kundalini dan gerakan jurus yang diajarkan perguruan olahraga yang menguasai keilmuan ini, niscaya seorang yang rajin dalam peribadatan dan olahraga pernafasan tersebut, kekuatan humanisnya semakin terbangkitkan.

Energi Kundalini (viva.co.id)
Energi Kundalini (viva.co.id)

Hal tersebut ditandai dengan kekuatan fisik yang meningkat, kecerdasan pikiran dan hati yang semakin tajam, juga ketajaman inderawi termasuk intuisi (indera ke-6) dan insting (indera ke-7).

Maka dari itu, sungguh merugi manusia yang disibukan hanya dengan kegiatan pemuasan inderawi, bermegah-megahan dalam materi/benda, sementara potensi dirinya sebagai manusia tidak diasah melalui peribadatan yang diajarkan oleh Ajaran Agama yang dianutnya.

Apakah kita termasuk golongan orang-orang yang beruntung karena taat dan konsisten dalam peribadatan? Atau malah termasuk golongan yang merugi karena hanya fokus pada kemewahan dan kemegahan duniawi?

Jawaban ada di nurani masing-masing.

Salam Mantap!



Tertanda.
Aa Rian (Indrian Safka Fauzi)
Cimahi, 11 Desember 2022.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun