Hai sahabat Pembaca!
Bagaimana dengan judul tulisan ini?
Apakah cukup menantang?
Menjadi seorang yang berperilaku meneladani para Rasul pastilah mendapatkan cinta dan Ridha Allah.
Maukah sahabat mendapati cinta dan Ridha Allah?
Eits~
Perlu perjuangan loh!
Kita cermati gambar diatas.
Para Rasul Allah ketika mendapati perlakuan baik maupun yang menjahatinya, beliau senantiasa membalasnya dengan kebaikan.
Ingat kisah Rasul menyuapi seorang Yahudi Buta?
Pasti pada ingat kisah yang sangat menyentuh ini.
Saat Rasul Muhammad dicerca dan dihina oleh seorang Yahudi Buta di hadapannya. Rasul malah menyuapi Yahudi Buta itu dengan penuh kasih dan kelembutan, tanpa diketahui oleh seorang Yahudi Buta bahwa yang menyuapinya adalah Seorang yang amat ia benci dan selalu beliau hinakan.
Setelah kewafatan Baginda Rasul. Sahabat Rasul menggantikan menyuapi Yahudi Buta tersebut. Sang Yahudi Buta malah menghina Baginda Rasul dihadapan Sahabat Rasul yang menyuapinya. Tidak terima Rasul yang amat ia cintai dihina, suapan berubah menjadi kasar. Tak diduga Yahudi Buta bertanya, "Kau bukan orang yang selalu menyuapiku!" Jawab Sahabat Rasul, "Yang selalu menyuapimu adalah Baginda Rasul Muhammad S.A.W!"
Dari sanalah air mata terharu bersimbah, sang Yahudi Buta memutuskan menjadi pemeluk ajaran Islam hingga akhir hayatnya.
Nah sanggupkah kita manusia biasa mengaplikasikan Rumus Memanusiakan sesama kita?
Atau memanusiakan manusia hanya sebatas ucapan lidah yang diputar-putar belaka?
Seperti ilustrasi gambar di bawah.
Apakah kita seperti gambar diatas?
Ketika kita mendapati perlakuan baik, kita malah berprasangka buruk bahkan membalasnya dengan perilaku buruk?
Apalagi ketika kita mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan, kita membalas dendam dengan berlaku buruk kepadanya pula?
Apakah kita seperti gambar diatas?
Ketika kita mendapati perlakuan baik, kita malah berprasangka buruk bahkan membalas dengan keburukan (Air susu dibalas air tuba)?
Kalau mendapati perlakuan baik, lalu dibalas baik itu sudahlah hal umum.
Namun apakah kita mampu tetap berprasangka baik sekalipun dijahati orang? Ini adalah ciri orang yang beriman kepada Allah secara paripurna.
Pertanyaannya siapkah kita berperilaku demikian?
Demikian renungan malam hari ini.
Semoga bisa menjadi refleksi diri atas masa lalu kita, masa kini, dan perilaku kita kelak di masa mendatang.
Salam Mantap!
Tertanda.
Rian (Indrian Safka Fauzi)
Cimahi, 16 November 2022.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H