Mohon tunggu...
INDRIAN SAFKA FAUZI (Aa Rian)
INDRIAN SAFKA FAUZI (Aa Rian) Mohon Tunggu... Penulis - Sang pemerhati abadi. Pemimpin bagi dirinya sendiri.

Hamba Allah dan Umat Muhammad Saw. 🌏 Semakin besar harapan kepada Allah melebihi harapan kepada makhluk-Nya, semakin besar pula potensi dan kekuatan yang kita miliki 🌏 Link Akun Pertama: https://www.kompasiana.com/integrityrian 🌏 Surel: indsafka@gmail.com 🌏

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Modifikasi Kualitas Pikiran dan Hati melalui Makanan dan Puasa

13 November 2022   06:15 Diperbarui: 13 November 2022   06:42 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hai sahabat Pembaca!

Saya mempelajari parameter Ilmu Manutiras yang muncul dari Nama Identitas KTP Saya yakni "Indrian Safka Fauzi" dan Nama Panggilan saya "Rian" sebagai berikut:

Manutiras (Dokpri)
Manutiras (Dokpri)

Saya melihat Nama Indrian Safka Fauzi memiliki parameter:

  • Synchronicity Value: 0.5, menunjukan kualitas pikiran antara prasangka baik dan buruk seimbang mendominasi pikiran.
  • Coherence Value: 0.8, menunjukan kepintaran mengelola emosi diatas dari baik.

Sementara Nama Rian memiliki Parameter:

  • Synchronicity Value: 1.0, menunjukan kualitas pikiran didominasi penuh oleh prasangka baik secara paripurna.
  • Coherence Value: 0.6, menunjukan kepintaran mengelola emosi dibawah dari baik.

Rumusan ilmu manutiras yang saya dapatkan secara berbayar dari website jasa pembuat nama diatas, dapat saya maknai bahwasanya:

Potensi saya bisa dikelola menuju Synchronicity Value: 1.0 dan Coherence Value: 0.8. Yang mana saya memiliki kualitas pikiran yang didominasi oleh prasangka baik secara paripurna dan memiliki kepintaran mengelola emosi diatas baik.

Lantas apa saja kiat-kiat yang kulakukan demi menggapai itu semua?

1. Menjadi seorang Lacto-Vegetarian.

Ajaran Bhagavad Gita yang disampaikan oleh Sri Krsna 5000 tahun silam memberikan keterangan jelas akan prinsip vegetarian demi meraih Pikiran yang Jernih dari Prasangka Buruk.

Dalam Bhagavad Gita sloka 9.26, prinsip Vegetarian dijelaskan dengan bunyi:

Jika seseorang mempersembahkan daun, bunga, buah atau air dengan cinta bhakti, Kepribadian Tertinggi Tuhan Yang Maha Esa (Krsna) akan menerimanya.

Bhagavad Gita tulisan His Divine Grace Srila Prabhupada penjelas sloka diatas menjelaskan bahwasanya:

Hendaknya kita mengerti bahwa Krsna tidak akan menerima daging, ikan, dan telur dalam kegiatan rohani Cinta-Bhakti.

*Catatan: Siapa Krsna? Krsna adalah Dewa Tertinggi dari Semua Dewa (Dewa dalam ajaran Abrahamik selaras dengan para Malaikat) sekaligus Kepribadian Tertinggi Tuhan Yang Maha Esa dalam Ajaran Bhakti-Yoga Umat Sanatana Dharma.

Hal ini ditegaskan karena apa yang kita konsumsi dapat mempengaruhi pola-pikir kita.

Memakan yang bernyawa dari hewani seperti daging, ikan dan telur sejatinya bisa membuat sifat-sifat hewani melekat pada pikiran kita.

Kita menyaksikan sendiri hewan memiliki perilaku yang didominasi sifat penuh curiga dan waspada, terutama yang tidak dan belum akrab dengan manusia.

Dan perilaku ini mempengaruhi pola-pikir kita apabila kita mengonsumsi makanan yang berasal dari daging, ikan dan telur, sehingga kecenderungan prasangka buruk/negatif demikian melekat pada pikiran kita, hingga menyebabkan overthinking. 

Namun sejatinya ada dampak positif dari mengkonsumsi makanan daging, ikan dan telur. Yakni kita semakin kritis akan diri kita sendiri, setelah mengalami overthinking yang dicounter dengan introspeksi diri. Sehingga kesempatan untuk introspeksi diri di masa tua ataupun dewasa dapat dirasakan oleh pemakan daging. Hal ini ditandai kita skeptis dengan pemikiran sendiri yang menuju arah keputusasaan.

Tapi dalam ajaran Cinta-Bhakti. Menjadi Vegetarian itu adalah syarat utama agar menjaga kejernihan pikiran, karena kita senantiasa memusatkan pikiran kita kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan kegiatan mengingat nama suci Tuhan, dan selalu membayangkan ke-Mahakuasaan-Nya tanpa ada prasangka buruk kepada-Nya. Maka menjaga pikiran agar senantiasa terjaga dalam prasangka baik dalam ajaran Bhakti ini adalah Wajib hukumnya.

Dengan catatan seorang lacto-vegetarian masih mengonsumsi susu dan olahannya (seperti keju) untuk melengkapi gizi yang diperlukan tubuh.

2. Berpuasa Setiap Hari (Kecuali di Hari Tasyrik Islam, saat jatuh sakit, dan menyisakan 1 hari untuk beristirahat tidak berpuasa setelah 40 hari berpuasa penuh dari waktu imsak subuh hingga maghrib)

Keserakahan dan kerakusan dalam makan dan minum adalah sumber kemarahan. Saya mengalami hal ini.

Menjadi vegetarian tanpa mengendalikan pola makan dan membiarkan jatuh dalam sifat rakus saat makan minum, berakibat diri kita dikuasai sifat amarah. Akibatnya orang-orang sering melihat diri kita uring-uringan, ya salah sendiri karena tidak bisa mengendalikan pola makan.

Saya melihat para Vaisnava (Penyembah Sri Vishnu/Sri Krsna) di sebuah Ashram. Selain beliau ketat dalam aturan Cinta-Bhakti kepada Sri Krsna dengan menjadi Vegetarian, beliau semua kalau makan hanya sedikit dan secukupnya saja. Oleh karenanya kepribadian beliau begitu tenang, dan tidak ada pertengkaran sama sekali di Ashram.

Oleh karenanya saya mendedikasikan diri selain menjadi seorang Lacto-Vegetarian, juga... sayapun berjuang dengan berpuasa seperti yang tertulis di diatas.

Dengan berpuasa, kita melatih emosi diri kita.

Kita tidak emosi dan pandai menahan diri, saat melihat orang-orang makan di depan kita yang berpuasa.

Kita pandai menahan diri, dari segala lapar dan haus dari Imsak Subuh hingga menjelang Maghrib.

Kita pandai mengelola diri, agar tidak melampiaskan syahwat dan menahan diri dari segala perbuatan menyimpang moral.

Inilah manfaat puasa yang sejati dan tentunya dilengkapi dengan beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan mengingat nama Suci-Nya dan melakukan persembahyangan rutin, terjaga dan teratur.

Itulah cara saya memodifikasi pikiran saya agar tetap jernih dari prasangka buruk, dan berjuang segenap jiwa raga menjaga hati agar tidak emosional apalagi emosi sesaat yang tak diperlukan.

Demikian.

Semoga bermanfaat!

Salam Mantap!

Tertanda.
Rian.
Cimahi, 13 November 2022.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun