Hai sahabat pembaca.
Saya mengalami pembelajaran berharga dengan berinteraksi dengan sesama rekan Kompasianer di platform beyond blogging ini, selama menulis di Kompasiana terhitung semenjak tanggal 23 Februari 2022. Hingga saya memutuskan untuk meninggalkan akun lama saya tersebut, agar bisa menjadi Legacy untuk peradaban bangsa ini.
Menghargai setiap pendapat maupun ide seorang yang berinteraksi dengan kita tentu sangat berdampak positif terhadap reputasi diri kita.
Namun adakalanya kita tidak setuju dengan pendapat dan ide tersebut, tentu harus dengan alasan yang kuat. Alasan kuat itu yakni jangan sampai pendapat dan ide yang disampaikan rekan bicara kita justru kelak melemahkan dirinya sendiri. Karena kata-kata yang tertulis dan terucap bisa benar-benar menjadi realitas.
Kata-kata yang melemahkan sebagai contohnya seperti:
- Apa daya saya memang manusia lemah.
- Aku hanyalah manusia bodoh.
- Aku hidup serba kekurangan.
- Aku tidak berdaya menghadapi dia seorang diri.
Stop mengucapkan dan menulis kata-kata itu! Karena kelak bisa menegaskan karakter diri kita di kemudian hari!
Sebagai mana rumus yang terjadi secara realitas:
Kata yang diucapkan dapat mempengaruhi tindakan, tindakan dapat mempengaruhi kebiasaan, dan kebiasaan dapat menegaskan karakter.
Akibatnya kita dikelabui pikiran kita sendiri.
Kita menganggap diri ini lemah, maka motivasi kita juga akan terdampak. Dari sanalah timbul gejala malas, mudah capek, tidak energik yang diakibatkan diri kita mensugesti diri sendiri dengan kata-kata Apa daya saya memang manusia lemah.
Apa itu sugesti?
Tindakan yang dapat mempengaruhi diri seorang, dan bisa diaplikasikan kepada diri kita sendiri.