Sebelumnya, tulisan ini terkait dengan dua bagian tulisan saya, di sini.
Sekilas kisah singkat tentang seorang Matematikawan jenius asal India, Srinivasa Ramanujan. Yang menarik dari sosoknya ini, adalah kecerdasan alaminya yang unik dalam menguasai dan menyerap materi-materi kompleks ilmu Matematika secara menyeluruh dan mendalam, sampai membuat para Profesor di Universitas Cambridge terheran-heran, bahkan kecerdasan Ramanujan pun sempat disetarakan dengan Euler dan Newton.
Kejeniusan Ramanujan merupakan wujud dari cara pandang unik tertentu terhadap realitas yang ada di alam, sekaligus ini adalah salah satu ekspresi nyata terkait uraian saya sebelumnya tentang alternatif memandang realitas holistik, yang mana dengan ini kita dapat memperoleh gambaran alam semesta secara menyeluruh, tanpa ada tindak pe-reduksi apapun.
Kisah hidupnya sempat difilmkan, dengan judul film The Man Who Knew Infinity yang rilis pada tahun 2016 lalu. Dan dibalik produksi film ini pun, turut serta dua pakar Matematika yang salah satunya merupakan pemenang Field Medals, menjadi produser film ini.
Dimasa-masa pendidikan formalnya, dari SD hingga SMA, Ramanujan telah memperlihatkan bakat dan obsesinya yang signifikan dalam bidang matematika. Bahkan saat dirinya baru menginjak usia 11 tahun, ia telah melahap semua materi matematika tingkat perguruan tinggi. Dan pada masa awal karir akademiknya itu pula, Ramanujan telah banyak menerima sejumlah penghargaan dari sekolahnya, termasuk beasiswa pendidikan ke perguruan tinggi.
Pada tingkat pendidikan perguruan tingginya ini, ia tercatat dua kali gagal dalam ujian untuk mendapatkan gelar sarjananya, hal ini dikarenakan Ramanujan hanya kompeten menguasai subjek matematika saja dan tidak cukup kompeten menguasai subjek yang lain. Akibatnya, ia tidak sempat mendapatkan gelar sarjana dan kesulitan mencari perkerjaan.
Ramanujan memutuskan untuk mengembangkan penelitiannya dalam bidang matematika secara mandiri. Sekalipun ia hidup miskin, bahkan seringkali diambang kelaparan, Ramanujan tetap memiliki motivasi tinggi untuk mengembangkan metode orisinalnya dalam matematika dan berharap metodenya tersebut mendapat pengakuan dalam lingkungan akademik.
Seiring berjalannya waktu, lingkaran matematikawan di India pun banyak yang mengakui kecerdasanya. Dengan bantuan teman-temannya sesama matematikawan, Ramanujan mencoba mengirim surat kepada sejumlah ahli matematika di Universitas Cambridge. Untuk usaha pertama, dua profesor Cambridge mengembalikan suratnya tanpa komentar apapun. Dan selanjutnya, Ramanujan mencoba kembali dengan mengirim surat kepada profesor G. H. Hardy, awalnya Hardy pun sempat meremehkan metode matematika Ramanujan. Tapi kemudian, Hardy melihat hal menarik dari formulasi matematika Ramanujan yang berpotensi dapat dibuktian. Dan akhirnya, profesor Hardy mengundangnya ke Cambridge.
Sesuai tradisi akademik dan metodologi ilmiah, apapun klaim seseorang, yang terpenting adalah klaim tersebut harus dapat di buktikan. Ramanujan banyak menemukan formulasi-formulasi dan persamaan-persamaan matematis yang revolusioner. Namun sayangnya, Ramanujan tidak menyertakan pembuktian dalam persamaan-persamaan matematis yang ia ciptakan itu. Di satu sisi sisi, Ramanujan menuntut agar temuannya itu dapat segera dipublikasikan. Tapi di sisi lain, professor Hardy menuntut agar Ramanujan dapat bekerjasama untuk membuktikan rumus-rumus temuannya itu. Walaupun akan memakan waktu cukup lama, Ramanujan pun bersedia bekerjasama dengan Hardy, juga dengan bantuan dari kolega Hardy, profesor J.E. Littlewood, mereka berusaha membuktikan rumus temuannya. Dan akhirnya, beberapa rumus-rumus temuan Ramanujan itu pun berhasil dibuktikan.
Banyak para pakar matematika di Cambridge awalnya meragukan temuan Ramanujan dan menganggap bahwa persamaan-persamaan matematikannya mustahil dapat dibuktikan. Pun pada akhirnya para profesor dan para pakar matematika di Universitas Cambridge itu mengakui kebenarannya. Bahkan profesor G.H. Hardy sempat terheran-heran, bagaimana mungkin Ramanujan dapat menemukan persamaan-persamaan itu, karena untuk dapat menemukan persamaan matematis demikian, terlebih dahulu seseorang harus merambah ketakhinggaan, yang mana itu adalah mustahil.
Ramanujan tinggal dan besar dalam lingkungan yang kental akan suasana religius tradisi Hindu dan ia juga sangat taat menjalankan ritual keagamaannya. Bahkan ketika G.H. Hardy bertanya bagaimana persamaan-persamaan itu bisa Ramanujan temukan, jawabnya, “Dewaku, Namagiri. Ia bicara padaku. Menaruh rumus-rumus pada lidahku saat aku tidur, kadang saat aku berdoa.” Dan satu kalimat yang sering ia katakan, “An equation for me has no meaning unless it represents a thought of God.”