Mawinne(Perempuan) Wewewa memang tampak anggun ketika mengenakan busana adat yang sangat unik. Bukan hanya itu, kaleku(tas khusus untuk sirih pinang) seolah membuat Mawinne Wewewa semakin nampak kecantikannya.Â
Kain tenun bermotif juga membuat aura mawinne wewewa layak disebut Mawinne kabola mata. Sederhana, tetapi ketika berpenampilan begini, pasti akan kelihatan senyuman yang memantik hati para kaum hawa.
Nah...menjaga serta melestarikan budaya tradisional dan nilai luhur itulah yang menjadi salah satu alasan mengapa Mawinne Wewewa, umumnya mawinne Sumba  ini mulai berpose dihadapan kamera dengan busana-busana adat bermotif.
Sepertinya, Mawinne Wewewa  akan menjadi sosok terdepan yang mampu menjaga budaya lokalnya. Dan akan selalu menjaga makna dari simbol-simbol yang terukir rapi pada kain tenun. Dengan demikian, Mawinne Wewewa tidak akan pernah terpengaruh unsur dan budaya daerah lain yang saat ini mengalir deras di era industri 4.0.
Dengan adanya program pemerintah Sumba Barat Daya yang berkaitan dengan Desa Wisata, maka kehadiran Mawinne Wewewa dalam mempertahanakan eksistensi budaya lokal juga akan sangat membantu pembangunan destinasi yang ada. Hal ini pun akan menjawab apa yang menjadi ekspetasi dari program desa wisata.
Dengan penampilan Mawinne Wewewa  yang begitu menawan juga mampu menawarkan rasa empati wisatawan dari sisi kebudayaan. Memangnya siapa yang tidak memgakui kalau semua Mawinne Sumba berpose menggunakan busana adat dari berbagai suku tidak akan kelihatan cantik?
Kebudayaan Wewewa memang banyak sekali kategori nya. Hal ini nampak pada seni busana, tarian, alat musik dan masih banyak. Â Lalu bagiamana peran Mawinne dalam mempertahankannya? salah satu caranya itu, ya...selalu berpose didepan kamera dengan mengenakan busana yang bermotif budaya lokal. Bukan malah berpose dengan cara yang sama sekali tidak elegan.!!
Pada prinsipnya perempuan merupakan simbol dari eksistensi harmonisasi rumah tangga keterjaminan kualitas sumber daya manusia seperti halnya anak, dan keterjaminan pengetahuan dan ketersediaan pangan keluarga. Sehingga mawinne wewewa jangan kalah tanding ew..
Penulis pun berharap supaya cinta dan rasa memiliki pada kain tenun terus dilestarikan. Dan tetap mempromosikan budaya Sumba dengan cara-cara yang unik dan bermanfaat.
Sampai sini, apakah pembaca merasa jatuh cinta pada mawinne wewewa?
Â