Mohon tunggu...
Rian Umbu
Rian Umbu Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Jalanan

Menulis Membuka Pikiran Baru

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sirih Pinang(utta winno) Suku Wewewa

6 Mei 2021   18:01 Diperbarui: 6 Mei 2021   18:03 958
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pemberian sirih pinang pada tamu/Rubo Alwyn Wawyn

Budaya Sumba memiliki keunikan budaya yang masih kental hingga saat ini. Ritual-ritual adat yang masih terjadi di bumi marapu ini merupakan warisan leluhur yang dipertahankan masyarakat Sumba. 

Dalam ritual-ritual adat, banyak cara yang digunakan untuk menerima tamu undangan. Salah satu diantaranya adalah sirih pinang(utta winno) atau yang sering disebut dalam bahasa Wewewa 'pamama'. 

Bukan hanya dalam proses adat. Ketika ada seseorang yang bersua disalah satu rumah, baik orang lokal maupun non-lokal, tamu itu pun akan disuguhkan 'pamama'.

Bagi orang Sumba, khususnya Suku Wewewa di Kabupaten Sumba Barat Daya, 'pamama' dijadikan sebagai sajian khas yang akan mendahuli pelayan-pelayan lainnya dalam menyambut kedatangan tamu(kulla). Pamama juga menjadi salah satu alat untuk membangun komunikasi kekeluargaan. Serta menjadi alat pergaulan dalam kehidupan sosialnya.

Pamama memiliki nilai-nilai sosial yang sangat rasional. Di mana, pamama diyakini juga sebagai alat untuk mewujudkan keharmonisan dalam berinteraksi dengan orang lain. Dengan pamama, rasa persaudaraan masyarakat sangatlah terjaga. Selain itu, nilai pamama sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat suku Wewewa karena banyak makna yang terkandung didalamnya.

Dalam upacara perkawinana adat wewewa, Utta winno "siri pinang"  yang sering disebut pamama merupakan sarana komonikasi yang sering digunakan dalam kehidupan sehar-hari ketika ada orang yang bertamu. Siri pinang juga digunakan dalam proses perkawinan adat Deke Mawinne yang memiliki makna sebagai pembuka pembicaraan atau sebagai alat komonikasi ketika pembicaraan adat dimulai dari tahap pertama sampai pada tahap terakhir serta sebagai simbol persaudaraan kedua belah pihak keluarga.

Utta winno "siri pinang"  bermakna sebagai alat komonikasi atau sebagai alat pengikat persaudaraan anatara kedua bela pihak keluarga.  Siri pinang sangat berperan penting dalam perkawinan adat Deke Mawine. Siri pinang dijadikan sebagai sajian utama dalam perkawinan adat Deke Mawinne, dengan demikian rasa persaudaraan atau rasa kekeluargaan antara kedua bela pihak keluarga akan semakin harmonis . Siri pinang sering juga digunakan ketika ada tamu yang berkunjung kerumah-rumah dalam kehidupan sehari-hari, tetapi tidak terlalu diwajibkan untuk diadakan ketika ada orang yang bertamu. Berbeda dalam perkawinan adat Deke Mawinne, siri pinang harus diadakan sebelum pembicaraan antara kedua belapihak  dimulai.

Sirih pinang juga dipercayai masyarakat Wewewa sebagai makanan yang bisa menghilangkan bau mulut. Tampak terlihat aktivitas masyarakat Wewewa dalam kehidupan sehari-hari selalu mengunyah sirih pinang(tidak semua mengunyah). Namun, pada zaman dahulu, orangtua(kakek dan nenek) seolah menjadikan sirih pinang sebagai obat penawar beberapa jenis penyakit. Bahkan, sirih pinang ini diyakini mampu membuat gigi semakin bertahan lama atau bahasa lainnya semakin kuat. Entah itu mitos atau tidak penulis belum membuktikannya secara ilmiah.

Kemanapun masyarakat Wewewa pergi, mereka selalu membawa  kaleku(tas kecil terbuat dari pandan) yang didalamnya terisi sirih pinang dan kapur. Seolah sirih pinang ini sebagai makanan utamanya. Tak ada yang istimewa kalau ada tempat berpergian tidak membawa sirih pinang tersebut. Namun, ada hal yang perlu diketahui bahwa sirih pinang ini juga membuat pusing/mabuk  bagi mereka yang tidak terbiasa menyajikan.

Tanaman sirih dan pinang !

Sirih adalah salah satu jenis tumbuhan yang menjalar di pepohonan. Tumbuhan ini juga tumbuh secara liar diberbagai tempat. Ada juga yang ditanam disekitar hemparan rumah masyarakat. Sirih berbentuk batang yang sedikit melengkung. Daunnya berwarna kehijaun dan bisa bertahan hidup di musim kemarau. Sirih juga bisa diperjual belikan di pasar. Harganya pun cukup membantu masyarakat Wewewa untuk menutupi sedikit kekurangan dalam rumah tangga. Daun sirih ini juga diyakini sebagai obat tradisional yang bisa dikonsumsi untuk mengobati penyakit dalam tertentu.

Berbeda dengan pinang. Pinang merupakan tumbuhan yang mempunyai pohon yang menjulang tinggi ke atas dan berbuah. Tanaman pinang ini adalah tanaman musiman. Sehingga akan menjadi langka pada musim tertentu. Pinang tidak seperti sirih yang tumbuh secara liar seperti sirih. Melainkan tanaman ini di tanam khusus oleh para petani dan merawatnya hingga sudah bertumbuh besar. Tanaman ini juga bisa diperjual belikan. Bahkan pada musim langkanya, harga pinang melonjak naik drastis. Hingga mencapai angka 60 ribu/kg.

Singkat uraian tentang sirih dan pinang..!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun