Budaya Sumba memiliki keunikan budaya yang masih kental hingga saat ini. Ritual-ritual adat yang masih terjadi di bumi marapu ini merupakan warisan leluhur yang dipertahankan masyarakat Sumba.Â
Dalam ritual-ritual adat, banyak cara yang digunakan untuk menerima tamu undangan. Salah satu diantaranya adalah sirih pinang(utta winno) atau yang sering disebut dalam bahasa Wewewa 'pamama'.Â
Bukan hanya dalam proses adat. Ketika ada seseorang yang bersua disalah satu rumah, baik orang lokal maupun non-lokal, tamu itu pun akan disuguhkan 'pamama'.
Bagi orang Sumba, khususnya Suku Wewewa di Kabupaten Sumba Barat Daya, 'pamama' dijadikan sebagai sajian khas yang akan mendahuli pelayan-pelayan lainnya dalam menyambut kedatangan tamu(kulla). Pamama juga menjadi salah satu alat untuk membangun komunikasi kekeluargaan. Serta menjadi alat pergaulan dalam kehidupan sosialnya.
Pamama memiliki nilai-nilai sosial yang sangat rasional. Di mana, pamama diyakini juga sebagai alat untuk mewujudkan keharmonisan dalam berinteraksi dengan orang lain. Dengan pamama, rasa persaudaraan masyarakat sangatlah terjaga. Selain itu, nilai pamama sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat suku Wewewa karena banyak makna yang terkandung didalamnya.
Dalam upacara perkawinana adat wewewa, Utta winno "siri pinang" Â yang sering disebut pamama merupakan sarana komonikasi yang sering digunakan dalam kehidupan sehar-hari ketika ada orang yang bertamu. Siri pinang juga digunakan dalam proses perkawinan adat Deke Mawinne yang memiliki makna sebagai pembuka pembicaraan atau sebagai alat komonikasi ketika pembicaraan adat dimulai dari tahap pertama sampai pada tahap terakhir serta sebagai simbol persaudaraan kedua belah pihak keluarga.
Utta winno "siri pinang"  bermakna sebagai alat komonikasi atau sebagai alat pengikat persaudaraan anatara kedua bela pihak keluarga.  Siri pinang sangat berperan penting dalam perkawinan adat Deke Mawine. Siri pinang dijadikan sebagai sajian utama dalam perkawinan adat Deke Mawinne, dengan demikian rasa persaudaraan atau rasa kekeluargaan antara kedua bela pihak keluarga akan semakin harmonis . Siri pinang sering juga digunakan ketika ada tamu yang berkunjung kerumah-rumah dalam kehidupan sehari-hari, tetapi tidak terlalu diwajibkan untuk diadakan ketika ada orang yang bertamu. Berbeda dalam perkawinan adat Deke Mawinne, siri pinang harus diadakan sebelum pembicaraan antara kedua belapihak  dimulai.
Sirih pinang juga dipercayai masyarakat Wewewa sebagai makanan yang bisa menghilangkan bau mulut. Tampak terlihat aktivitas masyarakat Wewewa dalam kehidupan sehari-hari selalu mengunyah sirih pinang(tidak semua mengunyah). Namun, pada zaman dahulu, orangtua(kakek dan nenek) seolah menjadikan sirih pinang sebagai obat penawar beberapa jenis penyakit. Bahkan, sirih pinang ini diyakini mampu membuat gigi semakin bertahan lama atau bahasa lainnya semakin kuat. Entah itu mitos atau tidak penulis belum membuktikannya secara ilmiah.
Kemanapun masyarakat Wewewa pergi, mereka selalu membawa  kaleku(tas kecil terbuat dari pandan) yang didalamnya terisi sirih pinang dan kapur. Seolah sirih pinang ini sebagai makanan utamanya. Tak ada yang istimewa kalau ada tempat berpergian tidak membawa sirih pinang tersebut. Namun, ada hal yang perlu diketahui bahwa sirih pinang ini juga membuat pusing/mabuk  bagi mereka yang tidak terbiasa menyajikan.
Tanaman sirih dan pinang !