Oleh : Rian Marviriks
Wahai tuan dan puan yang terhormat..
Kami hanyalah anak kecil yang tak terhormat...
Dari ujung padang sabana terdengar suara tangis sang janda...
Namun tuan dan puan tak lagi bersuara..
Wahai tuan dan puan yang sedang duduk manis...
kami tak sama dengan kalian yang selalu tertawa tak tulus...
Sedang sang janda harus menangis..
Demi anak yang sedang berbadan kurus..
wahai tuan dan puan pemilik tanahku...
Kami tak punya uang untuk membayar orang-orang melawanmu...
Tetapi kami masih punya hati nurani....
 Hendak dijadikan sennjata tuk membasmi..
Wahai Tuan dan Puan...
Teriakan duka kami akan selalu menegur kebijakanmu...
Tangisan dibalik gubuk reok akan mengutuk kemunafikanmu...
Sebab kami tahu...
Kalianlah membuat pertiwi kami menjadi bumi hantu...
Wahai Tuan dan Puan...
Dari ujung utara barat daya...
Kami memanggil nama tak bernyawa..
kami berseru dalam ketakukan..
kami diam dalam tangisan...
Sebab tuan dan puan selalu dilindungi..
Maka kami tak kuasa dalam menghancurkan dinding gedung mewah itu.
Kabali Dana,19-12-2020
Anak Desa dalam Tangisan
Rian Marviriks
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H