Mohon tunggu...
Rian Umbu
Rian Umbu Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Jalanan

Menulis Membuka Pikiran Baru

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Setengah Hari di Rara, Setengah Mati Hidup Tanpa Listrik, Setengah Gelas Kopi Pahit Inspiratif

18 Oktober 2020   17:26 Diperbarui: 18 Oktober 2020   17:31 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Setengah hari di Rara, setengah mati hidup tanpa listrik, setengah gelas kopi pahit menginspirasi kehidupanku seharian di ujung selatan barat daya itu".

Uppzzz....sedikit memesan untuk pembaca setia, tulisan ini sedikit provokatif, tidak berilmiah, tidak...tidak...dan tidak lainnya.... Cerita ini hanya kisah yang kurasakan beberapa jam di wilayah itu ketika sedang menikmati secangkir kopi pahit.... Yukkk....budayakan membaca sebelum jari jempolmu memberikan tanggapan...

Indonesia telah menjalani usia yang cukup tua semenjak merdeka pada tahun 1945 yang silam. Cerita hidup seharianku di ujung selatan barat daya itu sungguh menggugah rasa empatik kebiasaan kawan-kawanku dalam menikmati kehidupan pada malam hari. Seharian hidup di sana sudah sangat cukup bagi saya untuk turut merasakan kegelisahan di zaman reformasi ini.

Bukan hanya susahnya penerangan di malam hari, minimnya akses jalan transportasi, bahkan susahnya(tidak ada sama sekali) jaringan satelit internet juga menjadi pelengkap dalam kegalauan ini. 

Hal itu sungguh membuatku berhalusinasi dalam ketiadaan. Ya...tempat itu bernama Desa Milla Ate, Kecamatan Wewewa Selatan, Kabupaten Sumba Barat Daya. Wilayah itu merupakan tapal batas wilayah Wewewa Selatan dan Kodi.

Seperti yang terurai di atas bahwa keseharianku di sana sangat membuatku bersyukur karena di desaku masih bisa mengakses situs internet, akses jalan yang memadai, penerangan yang memadai selayaknya kehidupan sosial di kota/kabupaten. 

Entah kepada siapa saudaraku itu mengeluh akan situasi yang begitu terlantarkan. Sebenarnya sih Kabupaten Sumba Barat Daya ini sudah berusia berapa tahun ya? Semenjak di mekarkan dari Kabupaten Sumba Barat tetap aja keadaan seperti itu.

Sampai detik ini, tidak tampak terlihat suasana berbeda dari tahun sebelumnya. Kehidupan di sana sangat membuat regenerasi ketinggalan informasi yang ditayangkan melalui media sosial. 

Coba saja mampir dan menyempatkan tubuhmu yang seksi dibelahan bambu gubuk mereka. Di situ kita akan merasakan kenikmatan dalam kepahitan yang hakiki.

Mereka juga adalah pribadi yang merindukan kehidupan seperti pada wilayah lainnya. Semoga, sebelum dunia semakin menua, sudah ada perhatian yang masif terhadap wilayah tersebut. Serta memantik rasa empatik para wakil rakyat guna memberikan kepedulian.

"ADA SALAM DARI ANAK DESA YANG BELUM MERASAKAN SERUNYA SINETRON DI TELEVISI, DAN MENGIKUTI PERKEMBANGAN MEDIA SOSIAL LAINNYA,".

#Terpinggirkan

Oleh Rian Marviriks

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun