Hari yang ceria. Kebersamaan yang tak pernah pupus oleh waktu. Persaudaraan dalam pertemanan sangat membuat kami tak lapuk. Sampai akhirnya, kisah persaudaraan ini bertahan hingga perkuliahan telah usai.
Pada suatu hari, sebut saja hari Minggu,6 september 2020, kami(Rian, Selvi, Victor, Evi, Falen, Lia, Piter, Hilda) mencoba jejaki salah satu destinasi wisata yang sudah mendunia.Â
Siang itu, tepatnya pada pukul 11:30 waktu setempat, kami mulai bergegas dari rumah masing-masing untuk bergegas menuju danau wee kuri. Kami bertemu di pusat kota Tambolaka guna melanjutkan perjalanan yang belum tuntas.
Sepanjang perjalanan terlihat berbagai jenis hewan ternak yang melalui jalanan itu. Bukan hanya itu, hutan yang gersang juga pelengkap keindahan perjalanan.
Ew...salah seorang saudara kami, namanya Victor membeli seekor ayam yang hendak menjadi lauk makan siang kami. Terimakasih ya saudara, sudah berbagi berkat
Perjalanan kami cukup panjang, jarak tempu dari bandara Tambolaka kurang lebih 50 KM. Kecepatan kami di siang itu diatas rata-rata. Ya...guna menyambangi wisata itu dengan cepat. Tidak lupa pula, kami menggunakan masker, jaket dan helm. Apa lagi situasi sekarang adalah musim pandmei Covid-19. Syukurlah, daerah kami berada dalam zona hijau.
Tak terasa, kecepatan yang penuh hati-hati dengan jalan yang cukup bagus dilalui, akhirnya kami tiba dirumah saudara Falen dengan selamat. Sesampainya di situ, kami disuguhkan secangkir kopi pahit. Uppsss...sangat lengkap sekali persaudaraan kami siang itu. Kami pun disambut oleh kedua orangtua denga cium hidung.
Ya....tidak lama kemudian, kami mulai bergegas untuk melanjutkan perjalanan menuju tempat wisata danau wee kurri. Perjalanan yang elok, dipinggiran jalan terlihat gubuk sederhana yang masih terbuat dari bahan alam.Â