NTT, saya sempat garang dalam menyikapi pernyataan dalam tulisan itu. Sempat juga saya tertawa berbahak-bahak(namanya juga orang bodoh). Pernyataan yang sangat baik untuk saya tidak terlalu dalam menelusuri. Siapa si yang tidak kenal Gubernur NTT yang suka mengeluarkan bahasa kontraversi? Awal sempat "semprot" wakil Bupati SBD terkait pengangkatan SEKDA SBD. Juga memyebut akan mematahkan kaki pengirim TKW/I. Dan masih banyak pernyataan yang menarik perhatian publik.
Setelah saya membaca isi pernyataan GubernurSecara pribadi, saya sangat tersentuh dengan pernyataan yang begitu memanasi situasi. Mungkin juga ada yang menyetujui pernyataan tersebut. Pertanyaan kecil pun mulai bermunculan, nah...apa sih indikator yang mendasari, sehingga Gubernur NTT menyebut Pulau Sumba yang juga bagian dari wilayah pimpinannya menjadi pulau penyumbang kemiskinan dan terbodoh paling besar?
Saat ini pun, ketika pernyataan dalam narasi itu mulai menghebohkan public, kira-kira siapa yang gagal? Apa Bupati(pemda pada umumnya)? atau Gubernur sendiri yang gagal? Â Sepertinya, saya butuh penjelasan yang akurat atau indikator yang jelas, sehingga saya bisa menyimpulkan.
Pemikiran sederhana saya adalah salah seorang pemimpin harus memyampaikan semua kegelisahannya dengan hati, bukan dengan kepala panas dan tanpa memberikan  solusi konkrit. Apa iya? Sudah ada salah satu program Gubernur yang menonjol di pulau Sumba, khusus di Kabupaten SBD? Saya merasa belum ada yang menonjol di SBD(kalau ada,mohon koreksi), bahkan berbagai jenis wacana program mandet.
Nah...kalau mau menyebut bahwa pernyataan itu adalah salah satu cara untuk memotivasi daerah itu sendiri, alangkah baiknya gunakanlah diksi yang tidak menghadirkan kritikan balik. Hemat saya, diksi dalam pernyataan itu sungguh membuat segelintir orang garang. Artinya bahwa pernyataan itu tidak akan membuahkan hasil, malahan menimbulkan kritikan-kritikan yang baru.
Permohonan dan harapan saya pak, semoga pak benar-benar menepati janji yang mengatakan akan selalu hadi di pulau marapu ini. Maaf pak, saya cuman menyinggung pulau Sumba tanpa menyebut wilayah lain yang juga pak sebut sebagai penyumbang kemiskinan dan bodoh.
Secara pribadi juga sempat kaget membaca isi berita itu pak. Sementara pulau Sumba sempat menjadi pulau no satu di dunia karena destinasi wisata. Entah apa karena Sumba bodoh atau bodoh, maka mampu memperkenalkan NTT pada umumnya di dunia, saya pun ambigu pak. Mohon pak, kalau memang seperti itu yang terjadi, pak bersama seluruh pemerintah daerah mampu membangkitkan keadaan ekonomi ataupun SDM dalam beberapa tahun ke depan. Sehingga pernyataannya pak bisa ada hasilnya.
Sampai saat ini, saya merasa bahwa Sumba, khusus SBD, masih normal aja kehidupannya. Padahal musim Covid-19, namun kami(masyarakat SBD) tetap saja hidup. Sehingga, inti tulisan saya ini, hanya ingin mendapatkan INDIKATOR apa yang dijadikan rujukan, sehingga Pulau Sumba ini disebut penyumbang kemiskinan dan terbodoh?
Maaf ya pak, saya cuman sekedar menyampaikan rasa kegelisahan ketika membaca kegelisahan bapak dalam pernyataan itu. Saya juga bukan seorang politisi, atau pun seperti orang hebat pada umumnya. Saya hanya anak desa, yang berada diujung Sumba.
Mohon dimaafkan juga, kalau tulisan saya ini kurang membuat semua pembaca untuk memahami.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H