Mohon tunggu...
Rian Raymon Tarantein
Rian Raymon Tarantein Mohon Tunggu... Freelancer - Jurnalist//Adventurer//Nature Lovers//Humanitarian Volunteers
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Born in Merauke, E-mail : rianraymont@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Candi Karu, Mahakarya Persembahan Alam Papua

16 Mei 2021   09:57 Diperbarui: 16 Mei 2021   10:17 1377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Papua memiliki bentang alam yang yang unik dan misterius. Salah satu keunikan alam papua ialah ditemukannya Candi Karu

Candi Karu memiliki jumlah yang sangat banyak dan salah satunya tersebar di berbagai penjuru di kawasan Taman Nasional Wasur, Distrik Sota, Kabupaten Merauke, Papua.

Tentunya ini bukanlah seperti candi sebagaimana yang kita temui di daratan Jawa yang dibuat oleh tangan manusia, melainkan ini merupakan gundukan tanah berwarna merah serta berukuran tinggi dan besar yang di dalamnya terdapat sarang semut atau rayap. Sebenarnya sarang semut besar ini merupakan hasil mahakarya dari jenis rayap Macrotermes sp.

Sebutan Candi Karu diperkenalkan pertama kali oleh suku Kanume yang mendiami kawasan Taman Nasional Wasur. Dinamai candi karena bentuknya yang besar dan menjulang tinggi, sedangkan kata "Karu" sendiri berasal dari bahasa Suku Kanume yang artinya sarang semut. Sehingga Candi Karu merupakan sarang semut berukuran besar yang  menjulang tinggi.

Seorang warga Suku Kanume yang sedang memperlihatkan salah satu Karu (sumber : kumparan.com/bumi-papua)
Seorang warga Suku Kanume yang sedang memperlihatkan salah satu Karu (sumber : kumparan.com/bumi-papua)
Karu atau sarang semut terbuat dari berbagai komposisi yang ada di alam seperti lumpur, ranting kering, daun kering dan direkatkan dengan lendir semut. 

Proses pembuatan Karu biasa dilakukan pada musim dingin oleh rayap atau semut dan butuh waktu sekitar 8 tahun bahkan lebih untuk membangun satu sarang berukuran besar seperti ini. Tingginya pun dapat mencapai 12 meter. Meskipun hanya terlihat sebagai gundukan tanah, karu tidak mudah dihancurkan oleh binatang bahkan manusia sekalipun.

Bagi suku Kanume, Karu biasanya digunakan sebagai alat bakaran pengganti batu untuk membakar sagu sef yang merupakan kuliner asli orang Kanume, sebab di Merauke jarang ditemukan batu.

Karu merupakan filosofi hidup sekaligus ikon bagi masyarakat Merauke.

Untuk melihat secara langsung Candi Karu di Taman Nasional Wasur, anda bisa datang kapan saja karena pada umumnya Taman Nasional terbuka 1 x 24 jam dan layanan kunjungan dibuka setiap hari. Biaya masuk untuk berkunjung ke sini Rp. 20.000 per orang.

Ada berbagai macam aktifitas yang bisa anda lakukan disana selain mengunjungi Candi Karu atau Sarang Semut. Saat sampai di gerbang Taman Nasional Wasur terdapat Bomisai Visitor Centre yang merupakan gedung  pusat informasi. 

Disini anda bisa mengetahui pengelolaan Taman Nasional Wasur dan potensi keanekaragaman hayati yang ada di dalam kawasan Taman Nasional Wasur. Disediakan juga Bumi Perkemahan bagi anda yang ingin bermalam disana sambil menikmati keindahan alam. 

Tak jauh dari sana ada juga Kolam Biras, dimana anda bisa sekedar beristirahat di pondok apung maupun berenang di kolam alam yang sudah disediakan oleh pihak pengelola. Satu lagi yang tak kalah penting ialah penangkaran taman anggrek di sekitar  sana yang dapat anda jumpai.

Dari Pusat Kota Merauke menuju Candi Karu di Taman Nasional Wasur membutuhkan waktu sekitar 30 menit saja dengan akses jalur menuju kesana sangat baik. Untuk berkunjung kesini hanya ada pilihan sewa mobil rental. Penyewaan mobil rental dapat anda temukan dibeberapa tempat di pusat kota. 

Jika anda naik pesawat, saat tiba di Bandar Udara Mopah Merauke anda bisa langsung menyewa mobil rental yang sedang mencari penumpang dan beroperasi di sekitar bandar udara dengan tariff Rp. 250.000 -- Rp. 500.000 per hari, tergantung jenis mobil yang disewakan.

Untuk akomodasi berupa penginapan disarankan untuk anda agar mencari penginapan di Pusat Kota saja, karena di sana tidak tersedia penginapan. Harga penginapan atau Hotel pun bervariasi antara Rp. 250.000 -- Rp. 700.000 per malam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun