Mohon tunggu...
Ria Mi
Ria Mi Mohon Tunggu... Guru - Menulis memotivasi diri

Guru

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Pijar Cita

4 September 2021   22:49 Diperbarui: 4 September 2021   23:20 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pijar Cita

Kerlipmu boleh kecil, sekecil asaku yang selalu kupintal dalam dada
Agar tetap hangat hingga menuju langit

Meski jika kubesarkan nyalamu, hidungku jadi hitam berjelaga di esok hari
Tapi masih tetap ada sepotong doa yang setiap hari diantar ibu di samping tikar pandan
Untuk sebuah cita-citaku

Di sinilah bernyala cita
Dan bisikan bapak tak pernah padam seperti nyalamu
"Teruskan cita-cita, sebab zaman akan berubah. Dan ketika kelak kau telah menghitung sukses, pasti tak kau lupa, doa yang menyala bersama nyala teplok."

Lalu terus kukejar bayang keinginan
Setiap lampu teplok dimatikan kusongsong fajar di ufuk timur
Dengan kaki telanjang berangkat sekolah

Bukit Nuris, 2021
Riami

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun