Mohon tunggu...
Ria Mi
Ria Mi Mohon Tunggu... Guru - Menulis memotivasi diri

Guru

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Renungan di Akhir September

1 Oktober 2020   01:01 Diperbarui: 1 Oktober 2020   01:10 652
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Renungan di Akhir September


Pahlawan revolusi, jasadmu boleh diambil
Inilah takdir, dan kini telah lembut bersama debu
Darahmu telah menjadi semangat untuk senantiasa menjaga negeri

Darahmu telah menjadi ruh yang suci yang bergerak, menghentak di dada kami
Oh Jendral Ahmad Yani, Mayjen R Soeprapto, MT Haryono, Mayjen S.Parman, Brigjen D.I Panjaitan, Brigjen Sutoyo Siswadiarjo, dan Lettu Pierre Andreas Tendean
Dalam tetes air mata doa adalah untuk namamu pahlawan

Kami generasi yang lahir dari darahmu
Kami menikmati kesuburan tanah ini dari perjuanganmu
Engkaulah yang mengajari kami tanpa dendam menghadap Illahirabbi

Darahmu wangi wahai Tuan
Menguar ke langit, menguar di angkasa, meresap dalam bumi Pertiwi
Mewangilah negeriku karenamu
Kuatlah iman-iman bangsaku karenamu

Tuhan, entahlah malam ini aku merenung
Meski takdir yang kau timpakan kepada para jendral kami begitu pedih di mataku
Tapi ada sehamparan bumi mencatat tetes darahnya
Seluas langit doa dipujikan untuknya
Sederet jalan di negeri ada nama mereka
Dan aku yakin inilah saksi kebaikan yang kau perintahkan

Tiba-tiba air mataku mengalir
Entahlah...kerinduan pada sejarah atas keberanian dalam kebenaran menyusup dalam hati

Menembus relung-relung sunyiku
Doa-doa terpuji semoga peristiwa pedih ini tak terulang kembali

Wahai Tuan Pahlawan revolusi
Darahmu boleh menyatu dengan bumi
Tapi saripatinya telah menjadi tubuh ini
Yang terus berjaga
Mananti hari-hari dalam kuasa-Nya

Bukit Nuris, 30 September 2020
~ Riami ~

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun