Mohon tunggu...
Ria Mi
Ria Mi Mohon Tunggu... Guru - Menulis memotivasi diri

Guru

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Laut Berduka

28 Juli 2020   23:06 Diperbarui: 29 Juli 2020   04:38 1678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Laut Berduka

Laut menangis, sampah-sampah plastik terapung
Darurat populasi laut
Tidakkah kau takut menjadi darurat kesehatan manusia
Sampah mengancam ekologi dengan ganas!

Terumbu karang berteduh di bawah sampah plastik
Napasnya tersengal, udara dan cahaya matahari tertebas racun plastik

November berduka, paus tewas di Taman Nasional Wakatobi, perutnya penuh peluru plastik

Oh! Sampah plastik semakin menggila! 700 kantong pertahun? Ini benar-benar gila
Coba bayangkan jika manusia hidup di laut
Mampukah makan plastik?

Alangkah ngerinya jika ikan-ikan itu dimakan  anak cucu kita, mungkinkah gizi polusi plastik?
Oh Tuhan....

Sampah plastik terhempas, pecahlah partikelnya menjadi mikroplastik yang siap membunuh ikan-ikan

Ikan menjadi santapan kita, ternyata sudah lama makan plastik! Mengerikan! Kita manusia plastik? Benarkah?

Laut menjerit, tapi jeritnya belum terdengar, semakin hari jeritnya semakin lirih
Laut terkapar dalam gunung sampah

Catatan sumber Informasi:
Kompasiana.com, 29 Juli 2019
"Laut Indonesia Darurat Sampah Kita Harus Bagaimana" Oleh Penny Lumbaraja

Bukit Nuris, 2020
~Riami ~

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun