Melukis Senja
Kau  suka melukis senja. Sambil melihat sendiri senja itu di ufuk barat di atas cadas, layak pelukis ulung kau melukis senja di mataku.
Aku mesakan pemandangan yang begitu indah dan menakjubkan. Apa lagi ketika kuas-kuas jarimu menyapu lentik bulu mataku. Menghitung bulu alis selalu kau lakukan, walau kau tak pernah selesai berapa puluh jumlahnya.
Tapi tetap kurasakan halusnya sapuan itu. Begitulah kau mulukisi wajahku dengan jarimu yang agak kasar karena seharian selalu bekerja keras di ladang. Jari-jarimu semakin menjelajahi wajahku yang menurutmu tak pernah bosan untuk dilukis dalam hatimu.
Kini senja itu sepi. Tak ada lagi pelukis senja yang mengusap-usap air mataku dan menjadikannya indah dengan sapuan-sapuan jarinya.
Yang kulihat hanya merahnya langit, yang agak menghitam. Tetapi bayang jarimu tetap menjelajahi pipiku yang basah oleh air bening yang selalu hadir ketika senja tiba.
Bukit Nuris, 2020
~ Riami ~
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H