Mohon tunggu...
HEGAR DWI YOGA RIDHO RIAMBODO
HEGAR DWI YOGA RIDHO RIAMBODO Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Negeri Surabaya

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pick Me Girl: Dampak Nyata Adanya Budaya Patriarki dan Misogini

28 Desember 2023   20:28 Diperbarui: 28 Desember 2023   21:06 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://unsplash.com/photos/woman-in-black-jacket-sitting-beside-woman-in-white-blazer-IjkIOe-2fF4

Pesatnya perkembangan teknologi komunikasi membuat segala kalangan masyarakat dapat memiliki dan menggunakan media sosial. Perkembangan teknologi yang sangat pesat mendorong pertumbuhan jumlah pengguna platform digital atau media sosial. TikTok merupakan salah satu media sosial yang paling banyak digunakan oleh Generasi Z. Melansir dari databoks.katadata.co.id total pengguna platform TikTok sebanyak 1,22 miliar di seluruh dunia per Oktober 2023. Pengguna TikTok laki-laki global memiliki presentase lebih banyak dibanding perempuan dengan proporsi 50,8% laki-laki dan 49,2% perempuan. Indonesia menempati peringkat kedua di bawah Amerika Serikat demgan pengguna aplikasi TikTok terbanyak sedunia dengan jumlah total pengguna sebanyak 106,52 juta. Melalui aplikasi TikTok, berbagai macam informasi serta tren terkini baik lingkup nasional maupun global akan dapat cepat tersebar.

Pick Me Girl

Selain memengaruhi pesatnya kemajuan media baru, perkembangan teknologi komunikasi juga turut memengaruhi perkembangan gaya kebahasaan. Perkembangan bahasa yang terjadi di Indonesia, khususnya yang digunakan pada Generasi Z semakin unik dan beragam mengikuti perkembangan teknologi dan tren yang terjadi. Platform media sosial mengambil peran besar dalam kebahasaan yang digunakan oleh anak-anak, remaja, hingga dewasa masa kini.

Belakangan ini, di platform TikTok sedamg ramai mengenai munculnya tren dengan sebutan pick me. Istilah pick me berawal dan berkembang di platform TikTok hingga saat ini yang berartikan sebuah kalimat yang dapat diartikan sebagai "pilih aku" atau merujuk kepada perbuatan seseorang untuk memberikan kesan yang berbeda dalam dirinya dibanding dengan yang lainnya dengan tujuan untuk menarik atau mengesankan lawan jenis.

Istilah pick me sendiri terbagi menjadi 2 yakni, pick me girl dan pick me boy. Istilah pick me girl lebih populer dibanding pick me boy meskipun pengguna aktif TikTok didominasi laki-laki karena jumlah perempuan di dunia lebih banyak dibanding laki-laki dan banyak orang yang memiliki pengalaman dengan perempuan yang melakukan hal tersebut untuk mengesankan lawan jenisnya.

Sebelum muncul dan viral di platform TikTok, istilah ini pertama kali muncul di Twitter pada tahun 2016 hingga kini beralih di platform TikTok dan banyak orang yang membicarakan serta memparodikan tren tersebut. TikTok berhasil membuat istilah pick me menjadi tersebar luas di kalangan masyarakat, terutama pada kalangan anak-anak muda yang aktif menggunakan sosial media. Kebiasaan Fear of Missing Out (FoMO) yang terjadi di masyarakat membuat konten dengan istilah tersebut semakin banyak dibuat di platform TikTok yang dapat berdampak kata tersebut akan semakin sering digunakan dalam interaksi antar individu di masyarakat dan berpotensi menimbulkan sebuah budaya masyarakat baru yang buruk.

Misogini

Jika dilihat dari sudut pandang lain, istilah pick me girl merupakan suatu hal yang buruk yang berpotensi menjadi suatu hal yang sangat buruk karena digunakan sebagai cara seseorang untuk menjatuhkan atau merendahkan orang lain di mata umum. Istilah pick me yang digunakan dan melekat di masyarakat khususnya kalangan anak-anak muda secara tidak langsung mengandung makna cara berpikir internalyzed misogyny.

Secara sadar atau tidak sadar kita sering menemui fenomena internalyzed mysogyny terjadi di sekitar kita. Sederhana saja, misalnya "Gue lebih nyaman berteman dengan laki-laki karena gak suka drama", "Kayaknya aku doang deh cewek yang gak suka make up", dan "Gue lebih suka sepakbola dibanding kpop atau kdrama". Kalimat-kalimat tersebutlah yang merupakan ciri dari nyatanya internalyzed mysogyny. Misogini dalam fenomena ini terjadi ketika seorang perempuan menebalkan dan validasi keyakinan seksis dalam suatu gender. Hal ini memiliki pengaruh yang besar terhadap suatu standar sosial yang melekat di perempuan dalam masyarakat. Bahkan hal tersebut memengaruhi standar kecantikan yang ada dan melekat di masyarakat yang melabeli bahwa perempuan tanpa menggunakan makeup atau dengan makeup natural dan tipis lebih cantik dibanding perempuan dengan makeup tebal, yang mana pada kenyataannya hal tersebut tergantung terhadap selera masing-masing perempuan.

Misogini merupakan suatu fenomena yang berupa konsekuensi dari terjadinya budaya patriarki yang melekat di masyarakat atau kehidupan yang didominasi oleh laki-laki. Tidak hanya laki-laki yang dapat melakukan tindakan misogini terhadap perempuan, namun perempuan sendiri juga dapat melakukannya sebagai caranya untuk membenci perempuan lainnya. Dalam kacamata cara berpikir pick me girl, perempuan yang hidup dan berkembang dengan kelompok pertemanan pria berada pada klasifikasi kelas perempuan tinggi dan berbeda.

Perempuan dengan predikat demikian, sering dianggap sebagai perempuan yang memiliki kesan positif karena santai, keren, dan anti drama yang mana stereotip gender yang suka melakukan drama adalah perempuan. Tren tersebut memberikan sebuah tindakan yang dilakukan seorang perempuan untuk merendahkan, mengkritik, bahkan hingga mendegradasi persamaan hak perempuan yang harus setara baik satu dengan lainnya. Dengan demikian perempuan yang melakukan tindakan pick me girl secara tidak sadar terjebak dalam paham budaya patriarki.

Sikap yang Harus Dilakukan Ketika Terjadinya Internalyzed Misogyny

Keluarga memiliki peran penting sebagai lingkungan seorang anak untuk tumbuh dan berkembang, selain itu keluarga juga berperan sebagai tempat pendidikan pertama bagi anak-anak. Keluarga memiliki peranan yang sangat besar dalam pembentukan sebuah karakter yang dimiliki seorang anak. Seorang anak sudah seharusnya diberikan pemahaman mengenai sebuah kepercayaan bahwa setiap gender dan setiap individu memiliki kelebihan dan kelurangannya masing-masing.

Sehingga setiap individu harus bisa untuk saling bersyukur serta dapat menghargai tiap-tiap individu lainnya karena pada dasarnya internalyzed misogyny terjadi ketika perempuan menerima stereotip atau pemahaman yang sifatnya seksis sehingga melakukan suatu tindakan konseptualisasi misogini (kebencian terhadap suatu hal tentang wanita) ke dalam dirinya sendiri sampai pada akhirnya berusaha untuk mendegradasi kenyataan dan melakukan suatu tindakan yang sifatnya defensif agar terlihat lebih menonjol dan berbeda dari perempuan pada umumnya. Seorang pick me girl cenderung memberikan perlakuan atau tindakan misogini dengan merendahkan nilai feminin yang melekat pada perempuan. Hal terserbut dilakukan sebagai cara untuk dapat berada dalam lingkungan pergaulan laki-laki atau untuk memikat seorang laki-laki sebagai pasangannya.

Ketika seseorang dilabeli dengan istilah pick me girl karena melakukan sebuah kebiasaan yang merujuk kepada istilah tersebut ada baiknya didekati dan diedukasi. Alih-alih dijauhi dan dibenci, lebih baik untuk diberikan edukasi mengenai perspektif atau pandangan yang berlawanan dengan pandangan yang mereka pegang selama ini. Mengenai apa respon yang akan diberikan oleh seseorang yang terindikasi melakukan pick me girl behavior dengan menerima pendapat kita atau tidak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun