Mohon tunggu...
Indira Ria
Indira Ria Mohon Tunggu... Guru - SIDOMULYO

My family is everything

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pemikiran-Pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang Patut Kita teladani dan Refleksikan di Sekolah

27 Juni 2024   21:57 Diperbarui: 27 Juni 2024   21:59 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
SDN Sidomulyo 02 Gunungwungkal - Pati/dok.pri

Kisah berikut ini merekonstruksi proses pembelajaran dan suasana kelas  sesuai  konteks  sosial budaya lokal di kelas dan sekolah, merefleksikan gagasan Ki Hajar Dewantara secara konkrit.

Saya adalah seorang guru yang mengajar di SD Negeri pada suatu desa terpencil di kaki gunung Muria dengan budaya dan tradisi Jawa yang kental. Siswa kami sebagian besar berasal dari keluarga petani dan pekerja lokal yang  menjunjung tinggi nilai-nilai gotong royong dan solidaritas. Di awal pembelajaran saya  menyanyikan lagu "Indonesia Raya" bersama siswa untuk meningkatkan rasa cinta tanah air. Saya kemudian membacakan cerita rakyat setempat, seperti cerita Panji Asmolobangun, untuk menarik perhatian siswa dan menghubungkan isinya dengan budaya mereka. Saya juga mencoba menerapkan Pendekatan Pendidikan Tri Konsep dengan melibatkan orang tua dan masyarakat dalam proses pembelajaran. Misalnya, dalam proyek pembelajaran  pertanian, kami mengundang petani lokal untuk berbicara di kelas kami dan mendemonstrasikan praktik pertanian mereka. Kegiatan ini meliputi orang tua  membantu siswa menanam tanaman di halaman sekolah.

Dengan konsep "Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso, Tutwuri Handayani" yang saya praktikkan dengan menjadi teladan yang baik bagi murid-murid saya dalam berperilaku dan beretika. Sebagai pendidik, di kelas kami memberikan keberanian dan dorongan  melalui kutipan motivasi dan hadiah kecil. Saya selalu ada di belakang layar untuk mendukung siswa yang membutuhkan dukungan tambahan terkait masalah akademis atau  pribadi. Tentu saja saya juga memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih proyek yang ingin dikerjakan berdasarkan minat dan bakatnya. Misalnya, untuk proyek seni, siswa dapat memilih untuk mewarnai, melukis, atau membuat  kerajinan  lainnya. Saya hanya memberikan bimbingan dan sumber daya sambil memberikan kebebasan kepada siswa untuk berekspresi dan berkreasi. Karena apa yang saya lakukan tersebut, suasana kelas sangat integratif dan bersahabat. Siswa saling membantu dan bekerja sama dalam kelompok. Mereka merasa nyaman  mengungkapkan ide dan pendapatnya. Ruang kelas didekorasi dengan  karya seni siswa yang menggambarkan budaya dan tradisi local. Terdapat pula pojok baca dengan koleksi buku cerita rakyat dan sastra daerah, serta pojok tanaman yang dikelola sendiri oleh siswa. Dengan pendekatan ini, saya melihat siswa lebih antusias dalam belajar dan lebih menghargai budaya mereka. Mereka tidak hanya berkembang secara akademis, tetapi juga secara karakter dan keterampilan hidup.

Berikut refleksi cerita saya sebagai guru desa terpencil, dari pengetahuan dan pengalaman baru yang saya peroleh dalam pemikiran Ki Hadjar Dewantara, membuat perubahan diri yang saya alami serta yang saya praktekkan di kelas :

  • Dari aspek Pemikiran Ki Hadjar Dewantara, Ki Hajar Dewantara menekankan pentingnya pendidikan emansipatoris, yaitu pendidikan yang memaksimalkan potensi individu  tanpa adanya tekanan. Sistem pendidikan ini juga harus relevan dengan budaya dan lingkungan masyarakat. Saya menyadari betapa pentingnya memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengembangkan minat dan bakat mereka tanpa paksaan, dan untuk memasukkan pelajaran ke dalam konteks budaya dan lingkungan mereka.
  • Dari aspek Pendidikan sebagai Proses Hidup, Ki Hajar memandang pendidikan  bukan sekadar transmisi ilmu pengetahuan, melainkan proses seumur hidup. Pendidikan harus mencakup pengembangan karakter, moral, dan kecakapan hidup. Saya mulai menerapkan pendekatan yang lebih holistik dalam mengajar, fokus pada pengembangan karakter dan keterampilan hidup siswa, tidak hanya pada aspek akademis.
  • Dari Tri Konsep Pendidikan, Ki Hajar Dewantara memperkenalkan konsep tri-kon center yang meliputi pendidikan di rumah, sekolah, dan masyarakat. Ketiga konsep ini harus bekerja sama untuk menyediakan pendidikan yang komprehensif. Saya mulai lebih aktif melibatkan orang tua dan masyarakat dalam proses pendidikan dengan meningkatkan komunikasi  dan kolaborasi dalam kegiatan pembelajaran.
  • Dari Pendidikan Berbasis Kebudayaan, Ki Hadjar Dewantara menghargai pendidikan yang berakar pada budaya bangsa. Pendidikan harus mengajarkan dan melestarikan nilai-nilai budaya lokal sebagai bagian dari jati diri bangsa. Saya mulai mengintegrasikan lebih banyak materi tentang budaya lokal dalam pelajaran, serta mengadakan kegiatan yang menonjolkan kekayaan budaya Indonesia untuk meningkatkan rasa bangga dan cinta tanah air pada siswa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun