Mohon tunggu...
Ria Mustika Fasha
Ria Mustika Fasha Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger, Content Writer

Wife, Mom, Blogger, content writer https://riafasha.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Menjaga Aset Kesehatan demi Keluarga

14 November 2019   14:30 Diperbarui: 14 November 2019   14:39 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Kami pikir nenek sehat-sehat aja. Ia selalu tersenyum jika saya berkunjung, hampir tak pernah mengeluh di usia senjanya yang kini hampir memasuki 75 tahun. Namun tiba-tiba keluarga besar dikejutkan dengan sebuah pesan di grup keluarga bahwa nenek harus melakukan operasi pengangkatan payudara. 

Ya, kanker payudara yang membuatnya harus terbaring lemah menjalani operasi panjang. Saya tentu saja kaget! Bahkan tak pernah berpikir bahwa nenek akan kena kanker mengingat ia punya pola hidup sehat selama ini. 

Sebetulnya nenek sudah cukup lama merasakan sakit, ada benjolan di payudaranya. Namun ia diamkan dan tak pernah mau bercerita dengan anak-anaknya. Hingga suatu waktu, tante saya tak sengaja merasakan benjolan saat memijat nenek.

Perjalanan panjang kanker payudara yang dialami nenek tidak berhenti sampai di situ. Setelah sampel kanker dikirim ke Jakarta nenek beberapa kali bolak-balik ke Rumah Sakit Kanker Dharmais untuk pemeriksaan dan pengobatan. Tentu saja biaya yang dibutuhkan tidak sedikit. Selain biaya transportasi bolak balik Bengkulu-Jakarta. 

Biaya sewa penginapan dan obat kanker cukup menguras kantong. Saya tidak ingat berapa harga obat tersebut, tapi setiap ingin menebus obat nenek, anak-anaknya urunan untuk membantu. Syukurlah keluarga sangat kompak untuk memberikan support kesembuhan nenek.

Kisah lain juga pernah saya alami saat melakukan operasi sesar anak kedua. Saya selalu rutin periksa kehamilan dan tidak pernah menemukan gejala yang mengkhawatirkan pada janin.

Namun takdir berkata lain. Setelah anak saya lahir ia di diagnosa infeksi paru-paru. Hancur hati saya, melihat kuku-kukunya membiru, dadanya sesak seperti berlobang karena sudah bernafas. Saya semakin cemas saat CPAP yang ia perlukan tidak bisa segera diberikan mengingat hanya ada 3 CPAP yang digunakan bayi lain. 

Dokpri
Dokpri
Saat itu hanya bisa berdoa dan Alhamdulillah selama 10 hari di NICU kondisi anak saya segera membaik.

Lain halnya dengan kenalan ibu bayi yang 3 bulan menunggui anaknya berjuang di balik kotak penghangat. Ia sempat menangis di depan kami, berusaha tegar karena harta benda sudah dijual untuk pengobatan si bayi. Jaminan kesehatan pemerintah hanya menanggung perawatan, namun beberapa obat dan susu khusus yang bisa dikatakan sangat mahal harus mereka perjuangkan sendiri. 

Motor, mobil, tanah, bahkan rumah pun sudah digadaikan. Belum lagi untuk biaya makan, sedangkan mereka tidak bisa bekerja karena harus mengurus si bayi.

Benarlah apa yang dikatakan banyak orang bahwa sehat itu mahal dan sehat itu aset yang sangat berharga. Hal senada juga disampaikan suami saya bahwa ketika seseorang sehat ia bisa menggapai mimpi-mimpinya, namun jika sudah sakit banyak hal yang harus dikorbankan seperti harta hingga kebersamaan dengan keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun