Pantun merupakan salah satu bentuk puisi lama yang dikenal dengan ciri khasnya berupa pola rima yang menciptakan irama khas saat dilisankan. Pada tahun 2020, pantun resmi ditetapkan sebagai salah satu warisan budaya takbenda oleh UNESCO. Hal ini menunjukkan bahwa pantun tidak hanya dianggap sebagai sebuah karya sastra, tetapi juga sebagai identitas budaya Indonesia yang harus dijaga dan dilestarikan. Dalam ruang budaya tradisional, pantun berfungsi sebagai media komunikasi, sarana pendidikan, hiburan, dan simbol identitas budaya. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, pantun mulai beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan budaya. Di era digital saat ini, pantun tidak hanya sebatas puisi lama yang dilisankan, melainkan saat ini pantun telah merambah ke media sosial sebagai bentuk ekspresi kreatif berupa meme pantun.Â
Meme pantun merupakan bentuk kreativitas yang menggabungkan pantun dengan elemen visual. Penggunaan gambar dan gaya bahasa yang kasual mampu menarik perhatian banyak orang, terutama Generasi Z. Dalam media sosial, meme pantun menjadi cara populer Generasi Z untuk mengekspresikan pesan, kritik, atau sekadar hiburan. Fenomena ini menunjukkan bahwa pantun, sebagai warisan budaya, mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan budaya. Keberadaan meme pantun membuktikan bahwa pantun sebagai salah satu warisan budaya tradisional mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman dan tetap relevan di zaman sekarang. Fenomena meme pantun memiliki keterkaitan dengan pentingnya memahami struktur pantun yang baik dan benar. Sebagai salah satu bentuk sastra, pantun memiliki struktur yang khas. Pantun terdiri dari empat baris, dengan dua baris pertama berfungsi sebagai sampiran dan dua baris terakhir berfungsi sebagai isi. Jumlah suku kata pada setiap barisnya berkisar antara 8 sampai dengan 12 suku kata. Adapun pola rima yang digunakan adalah a-b-a-b atau a-a-a-a. Namun, dalam konteks meme pantun, terdapat beberapa bagian dari struktur tradisional yang dimodifikasi. Baris dalam meme pantun tidak selalu terdiri dari empat baris, melainkan sering kali hanya terdiri dari tiga atau dua baris.Jumlah suku kata setiap baris seringkali kurang dari 8 suku kata atau lebih dari 12 suku kata. Selain itu, penggunaan bahasa dalam meme pantun cenderung santai dan lebih menonjolkan unsur humor. Modifikasi struktur pantun tradisional dalam meme pantun menunjukkan bagaimana pantun beradaptasi dengan budaya modern untuk mengekspresikan perasaan melalui pantun. Hal ini dapat ditinjau lebih dalam menggunakan teori Semiotika. Kita dapat melihat bagaimana visual dan teks bekerja sama membentuk sebuah makna dan menyampaikan pesan dengan cara yang lebih relevan dengan era saat ini.
Mari kita lihat bagaimana meme pantun jika dilihat dari kacamata Semiotika dengan menggunakan teori Semiotika menurut Roland Barthes, yang mengembangkan teori Semiotika menurut Ferdinand de Saussure. Teori Saussure menyebutkan bahwa semiotika dibagi menjadi dua bagian penanda (signifier) dan petanda (signified). Selanjutnya, Roland Barthes mengembangkannya dengan menyatakan bahwa teori tersebut dikategorikan sebagai denotasi, konotasi, dan mitos. Dalam konteks meme pantun, teori semiotika Barthes dapat membantu memahami bagaimana meme pantun tidak hanya menyampaikan makna secara harfiah (denotasi), tetapi juga makna yang lebih dalam melalui konotasi dan mitos.Â
Misalnya pada meme pantun yang menampilkan gambar seseorang mengenakan kostum karakter Elmo dari Sesame Street. Sosok tersebut duduk di trotoar dengan postur yang terlihat seperti sedang merasa lelah. Di bagian atas dan bawah gambar terdapat teks pantun,yang berbunyi:
Berkelahi sama si Adul (bagian atas)
Tetap haha hihi walau hidup amburadul (bagian bawah)
Berikut merupakan analisis makna denotasi, konotasi, dan mitos yang terkandung dalam meme pantun di atas.
Denotasi (makna harfiah)
Denotasi dapat diartikan sebagai makna literal atau dasar. Dalam gambar meme pantun tersebut, terlihat seseorang mengenakan kostum karakter Elmo, salah satu tokoh Sesame Street yang sedang duduk sendirian di trotoar. Di bagian atas terdapat pantun yang merupakan sampiran dan di bagian bawah merupakan isi.Â
Pantun tersebut berbunyi, "Berkelahi sama si Adul, tetap haha hihi walau hidup amburadul". Pantun tersebut menggambarkan keadaan seseorang yang sedang menghadapi kesulitan (hidup amburadul), tetapi tertawa (haha hihi).
Konotasi (makna tersirat)