Keputusan pelatih timnas Prancis Didier Deschamps memasukkan nama Benjamin Pavard dalam skuad "les bleus", belakangan dinilai publik sebagai ide brilliant . Itu disebabkan karena kinerja bek berusia 22 tahun yang masih minim caps tersebut memenuhi ekspektasi. Pavard terbilang sukses menjaga sektor kanan pertahanan Prancis, bahkan melesakkan gol spektakuler ke gawang Argentina.
Mengenakan nomor punggung 2 di timnas "Ayam Jantan", Pavard hanya absen ketika timnya bermain imbang 0-0 versus Denmark di babak penyisihan grup. Ini artinya, Pavard dianggap turut berkontribusi membawa Prancis melangkah ke Stadion Luzhniki, Moskwa, (15/7) minggu dini hari, dalam laga Final kontra Kroasia.
Siapa Benjamin Pavard?
Karir sepak bola Benjamin Pavard bermula ketika dirinya masuk akademi sepak bola Lille  di usia 9 tahun. Di akademi ini, Pavard serius mengasah bakat dan skill-nya dalam mengolah si kulit bundar. Alhasil, talenta Pavard berbuah manis. Pria kelahiran Maubeuge, 28 Maret 1996 ini berkesempatan mencicipi atmosfer Ligue 1 Prancis ketika berumur 18 tahun. Pavard membela Lille selama musim 2015-2016.
Selanjutnya, Pavard kemudian memutuskan untuk bermain di klub VfB Stuttgart yang (kala itu) bermain di divisi dua Liga Jerman. Meski turun kelas, semangat Pavard untuk mengembangkan minat dan bakatnya tak pernah padam. Pavard berusaha keras untuk beradaptasi dengan gaya sepak bola Jerman dan turut andil mengantarkan Stuttgart promosi ke Bundesliga pada musim 2017/2018.
Seorang Jurnalis Kicker, George Moissidis mengatakan bahwa Benjamin dapat tumbuh menjadi pemain yang baik karena atribut-atribut yang dia miliki.Â
Dia baik di udara, memiliki kemampuan antisipasi yang baik, cepat, serta kemampuan umpan yang akurat. Dia senang membangun permainan dari belakang dan kerap mengirimkan umpan yang pas kepada rekan-rekannya. Tentu saja, di usianya yang masih muda, dia beberapa kali membuat kesalahan. Tapi, dia semakin dewasa dan semakin fantastis. (kumparan.com/17 Mei 2018)
Masih dari sumber yang sama, seorang jurnalis media Jerman lain bernama Stefan Rommel, bahkan menyebut Pavard memiliki kemampuan yang sama seperti Franz Beckenbauer. Rommel menilai Kaki kanan Pavard adalah emas.Â
Dia bahkan kerap disamakan dengan Franz Beckenbauer karena kebiasaannya maju ke depan dan membagikan bola. Di Jerman, cara main yang lembut, kasual, dan pintar (seperti Pavard) ini disebut Laessigkeit.Â
Ini semacam menjadi kemampuan yang tak bisa dipelajari, dan sudah bersemayam dalam diri pemain. Beckenbauer adalah pemilik mutlak gaya Laessigkeit ini, dan Benjamin, sepertinya juga memilikinya.