Mohon tunggu...
Fransiska Ria Aninda
Fransiska Ria Aninda Mohon Tunggu... -

Salah satu warga Jogja yang doyan wisata kuliner, bersepeda, baca buku, dan jalan-jalan.

Selanjutnya

Tutup

Money

Penjaja Odong-odong: Memori Lagu Anak-anak

13 Desember 2011   06:26 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:23 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih ingat beberapa waktu lalu ketika salah satu stasiun televisi swasta menayangkan program kompetisi menyanyi untuk anak dan remaja? Program yang ingin mengangkat dunia anak-anak kembali ke layar kaca itu banyak mendapat apresiasi dan sambutan hangat dari para orang tua dan anak-anak sendiri. Namun, tidak sedikit pula pihak-pihak yang menyayangkan program itu tidak sejalan sebagaimana mestinya. Mengapa? Karena acara yang awalnya mungkin bertujuan untuk kembali mempopulerkan lagu anak ke layar kaca justru berbalik menjadi ajang anak-anak unjuk kebolehan menyanyikan lagu orang dewasa yang bertemakan cinta.

Anak-anak yang mengikuti ajang adu bakat itu terlihat sangat fasih dan percaya diri menyanyikan lagu orang dewasa yang bahkan mereka sendiri belum paham sepenuhnya apa arti dan makna lagu itu. Miris memang melihatnya.

Saya lahir di era 80-an akhir. Sedari kecil saya sudah akrab dengan lagu anak-anak. Penyanyi kecil yang masih saya ingat diantaranya Maisy, Chiquita Meidi, Saskia dan Giovany, Trio Kwek-kwek, Agnes Monica, Eza Yayang, Eno Lerian, dan Bondan Prakoso. Beberapa dari mereka bahkan sampai sekarang masih eksis dan sukses menggeluti bidangnya.

Semenjak awal tahun 2000, sepertinya saya sudah jarang mendengar kiprah penyanyi cilik di beberapa media seperti radio dan televisi. Bahkan, saya agak heran juga ketika memasuki toko CD dan kaset, melihat rak display kaset dan CD anak-anak pun cenderung minim dan seadanya. Kemanakah gerangan mereka para penyanyi cilik?

Menurut saya masalah potensi bukanlah masalah pokok sehingga tidak memunculkan adanya penyanyi cilik. Saya pikir justru mungkin pasar yang membentuk produsen dan konsumen supaya mengarahkan mereka kepada segmen penyanyi dewasa.

Segmen penyanyi cilik tidak digarap oleh mereka karena mungkin hanya menghasilkan sedikit keuntungan finansial. Selain itu, minimnya pencipta lagu anak-anak juga menjadi salah satu faktor yang bisa jadi memengaruhi jumlah lagu anak-anak. Sekarang lebih banyak pencipta lagu yang menuangkan potensinya untuk mencipta lagu-lagu bertema puitis dan romantis, yang pasti laku dan laris dijual di pasaran.

Keprihatinan saya kembali muncul ketika anak didik saya lebih fasih menyanyikan lagu dari kelompok musik Cherrybell dibanding lagu daerah dan lagu anak-anak. Kebetulan saya memiliki aktivitas sebagai pengajar privat organ klasik untuk anak-anak. Bahkan ketika saya sajikan part notasi lagu Yamko Rambe Yamko yang akan saya ajarkan ke mereka ditolak mentah-mentah dan merengek minta dibuatkan notasi lagu dari Cherrybell.

Prihatin dengan keadaan seperti ini, membuat saya berusaha mencari solusi apa yang bisa membuat anak-anak kembali akrab dengan lagu yang memang sesuai dengan usia dan tumbuh kembang mereka. Saya jadi berpikir penjaja odong-odong itu memiliki jasa besar dalam penyebaran lagu anak-anak. Bayangkan saja, selama hampir seharian penuh penjaja odong-odong berkeling dari kampung ke kampung, dari komplek perumahan satu ke komplek lain sembari mengayuh odong-odong yang diiringi alunan lagu anak-anak.

Odong-odong buat saya merupakan penemuan jenis mainan yang fenomenal. Idenya cukup sederhana. Berbekal kendaraan semacam becak yang bisa dikayuh dan beberapa dudukan berbentuk tokoh anak-anak yang sangat menggoda buat mereka. Odong-odong memang diperuntukkan bagi anak usia balita, tetapi tidak jarang anak-anak usia taman kanak-kanak dan sekolah dasar awal pun masih suka menjajal jenis mainan ini.

Sejauh yang saya lihat, jenis usaha ini cukup menjanjikan. Menjanjikan bagi penjaja odong-odong sekaligus juga perusahaan rekaman. Untuk meningkatkan penjualan kaset atau CD anak-anak, perusahaan rekaman bisa memanfaatkan penjaja odong-odong sebagai pihak yang membantu mempromosikan produk yang mereka pasarkan. Akan lebih baik pula jika pihak perusahaan rekaman memberikan tambahan fasilitas yang lebih baik kepada penjaja odong-odong berupa pengecatan kembali atau penambahan aksesoris odong-odong dengan atribut yang bisa menjual. Hal ini akan menimbulkan hubungan timbal balik yang bersifat simbiosis mutualisme dan tentunya saling menguntungkan bukan?

Saya yakin pendapatan penjaja odong-odong akan semakin berlimpah dengan perbaikan dari fasilitas jasa mainan anak yang dia tawarkan. Begitu pula dengan promosi yang gencar dari penjaja odong-odong maka akan meningkatkan penjualan produk kaset dan CD lagu anak-anak. Bisa pula memacu para penyanyi cilik untuk unjuk diri kembali ke ranah rekaman menyanyikan lagu anak-anak sehingga bisa akrab di telinga anak Indonesia lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun