Disiapkan oleh pak Gilang, sang penjual, es doger ini merupakan salah satu yang terbaik yang pernah saya temui dalam kehidupan saya berjajan es doger.
Posisi gerobak dorongnya siap di lokasi mulai pukul 10.00 hingga pukul 18.00 WIB setiap hari. Dengan harga Rp10.000 per gelas, pembeli bisa merasakan sensasi dingin, manis, gurih nan lezat.
Kalau dari segi harga, porsi, tampilan dan tentunya rasa, es doger ini sangat patut menjadi pilihan untuk dicoba.
Entah apakah pak Gilang memikirkan juga pertemuan antara probiotik dan prebiotik, yang jelas ia fokus kepada apa yang menjadi jalan mencari penghasilannya.
Seperti yang terlihat di lokasi, pak Gilang menjaga kebersihan peralatan, proses pembuatan hingga gerobak dan kelengkapan penyajian jualannya.
Kualitas dan keamanan bahan penyusun menjadi prioritas. Kesegaran alpukat, misalnya. Juga pada pemilihan pewarna doger, ia pastikan sudah mendapat label aman dari pemerintah atau lembaga terkait.
Pak Gilang dan rekan-rekan seprofesinya, selain sebagai pelaku usaha, juga turut andil dalam peran sebagai pelestari kuliner tradisional.
Es doger, dari manapun kota asal kelahirannya, secara umum mudah dijumpai. Di tempat hajatan, pusat keramaian, pasar, dan ruang-ruang kuliner.
Menjadi sajian yang menyegarkan pada acara-acara spesial. Kala berbuka puasa, kala temu keluarga, atau acara lainnya. Nikmat disantap saat siang hari terik maupun saat cuaca mendung-mendung romantis seperti beberapa hari ini.
Walau terdapat probiotik dan prebiotik pada es tradisional ini, racikan es doger secara keseluruhan memiliki kandungan gula yang tinggi. Gula terdapat pada adonan es, tape fermentasi, serta toping berupa susu kental manis di atasnya.