Ranca upas merupakan salah satu tujuan wisata yang menarik di Ciwidey. Berada di kawasan Bandung Selatan, Provinsi Jawa Barat, hamparan perkebunan teh dan sayuran dataran tinggi menjadi latar pemandangannya. Menyambut dan memanja indra penglihatan pengunjung sejak memasuki area Ciwidey.
Ranca Upas memiliki beberapa spot wisata. Pengunjung bisa healing, mengadakan acara outbond, berkemah, bersepeda listrik atau berjalan menyusuri area perkebunan. Apapun pilihannya bisa menjadi aktivitas yang seru dan asyik.
Salah satu spot seru yang menjadi magnet bagi wisatawan adalah penangkaran rusa.
Hari senin tanggal 15 Juli 2024, sekitar pukul 11.15 waktu setempat. Saya merapatkan jaket dan menegakkan tudung ke atas kepala. Saya baru saja turun dari kendaraan mobil roda empat.
Masih berada di area parkir Ranca Upas, saya melihat sekeliling. Mendengarkan suara alam. Merasakan suhu, angin, dan kelembaban. Menghirup udara dan membiarkannya memenuhi rongga paru.
Gunung Patuha yang berjarak sekitar 5,7 Km dari area saya berdiri (cek via Googlemap), terlihat jelas. Saya berupaya cepat beradaptasi dengan ketenangan dan kedamaian suasana alam. Suhu sekitar 20 derajat Celcius. Menjelang siang, di ketinggian sekitar 1700 mdpl, Ranca Upas Ciwidey.
Berada di area Perhutani, pengunjung bisa masuk ke Ranca Upas dengan membayar biaya tiket sebesar Rp25.000/orang. Untuk kendaraan mobil pribadi sebesar Rp15.000/mobil. Pengunjung akan mendapatkan struk tiket bukti pembayaran. Struk ini akan di-tap saat keluar area melintasi pintu yang sama. Jadi perlu disimpan baik-baik selama berada di dalam area Ranca Upas. Jangan sampai rusak atau hilang.
Dari area parkir, berjalan menuju pintu masuk area penangkaran rusa itu cukup dekat. Tidak sampai 100 meter dari lokasi memarkir kendaraan. Dan bisa memasukinya tanpa perlu membayar lagi.
Ada bangunan panggung sebagai pintu masuk penangkaran rusa. Gemericik kolam ikan koi yang berada di bawahnya menghadirkan suasana lebih segar. Petugas yang menyambut, kami ketahui kemudian, bernama Pak Aep. Ramah mempersilakan para pengunjung yang berdatangan. Berada dekat dengan meja yang menyajikan keranjang dan ikatan wortel.
Wortel dalam bentuk potongan-potongan panjang disediakan bagi pengunjung. Dibanderol dengan harga 10ribu dan 20ribu, wortel-wortel ini bisa dibeli sebagai makanan bagi satwa rusa.
Pengunjung tidak diperkenankan membawa makanan rusa dari luar. Bila ingin memberi makan rusa, harus wortel yang telah disediakan oleh pengelola. Hal ini dilakukan untuk menjaga kesehatan rusa di penangkaran.
Pengelola menerapkan pola konsumsi pakan organik. Wortel sebagai pakan rusa merupakan wortel organik. Pakan organik dipercaya lebih utuh nutrisi alami dan lebih menyehatkan. Bebas dari pupuk buatan, pestisida buatan serta bebas dari cemaran atau polutan.
Hmm.. sudah tak sabar ya ingin bertemu dengan para rusa.. Yuk masuuk..
Seekor rusa bertanduk menyambut saat kami menuruni bangunan panggung. Menanti dengan sabar sembari tak melepaskan pandangannya. Bergerak perlahan dan tenang mengikuti pergerakan kami yang membawa ikatan wortel.
Rusa-rusa yang berada di penangkaran Ranca Upas merupakan rusa Timor (Cervus Timorensis). Di area penangkaran mereka bebas bergerak. Berlarian lincah bersama kelompoknya.
Di area penangkaran, tersedia jalur aman berpagar bagi pengunjung. Pengunjung bisa menyusur sembari melihat satwa rusa dari jalur aman. Rusa-rusa akan mendekat terutama saat melihat pengunjung membawa wortel.
Rusa termasuk satwa yang pandai. Itu setidaknya yang saya tangkap dari kunjungan kemarin. Saat berada jauh dari pengunjung, mereka berlarian dengan lincah.Â
Ketika mendekat ke area pengunjung, mereka bergerak tenang perlahan. Seperti menunggu. Seperti menyukai berada dekat dengan pengunjung. Dan seketika ada wortel mendekat ke arahnya maka hap.. hap.. nyam.. nyam.. nyam.. Â Ya. Pasti. Mereka menyukainya.
Rusa yang bertanduk adalah rusa jantan. Seekor rusa jantan dewasa mengarahkan tanduk dan menghujamkannya ke tanah. Berulang kemudian pindah ke batang pohon. Rupanya ia sedang mengasah tanduknya. Menghilangkan selaput lembut yang menyelimuti sehingga tanduk menjadi tajam.
Tanduk pada rusa jantan mencirikan identitas atau kedudukan di kelompoknya. Tanduk juga digunakan kala ia berupaya memikat rusa betina.
Heii, seekor anak rusa, berjarak sekitar 10 meter tepat di arah depan, mengeluarkan suara. Terdengar mirip suara kucing kala terjepit (bukan mengeong). Mungkinkah anak rusa itu sedang memanggil saudara-saudaranya? Atau sedang mencari induknya?
Di sisi lain agak jauh darinya, terlihat sekelompok rusa kecil sedang mengerumuni seekor rusa dewasa. Rusa dewasa itu tak bertanduk. Rupanya ia rusa betina dan yang mengelilinginya mungkin saja anak-anaknya ya.
Pengunjung bisa mendekat, mengusap kepala, dan menyentuh tanduknya. Bisa merasakan bulu-bulu yang kaku ketika menyentuh punggungnya.
Bila ingin berinteraksi lebih dekat dengan satwa rusa, pengunjung diperbolehkan keluar dari jalur aman. Dengan catatan, tetap didampingi oleh petugas.
Para petugas berjaga dan memantau di banyak titik. Berkala memberikan informasi, peringatan dan membantu para pengunjung.
Dalam berinteraksi dengan rusa, ada hal yang perlu diperhatikan. Di antaranya adalah cara menyentuh dan memberi makan satwa rusa.
Papan-papan informasi bagi para pengunjung, mudah ditemukan. Suara pemandu melalui pengeras suara juga diulang berkala. Memberi arahan bagi pengunjung selama berada di area penangkaran.
Pengunjung wajib mengikuti petunjuk yang tersedia. Hal ini dilakukan selain untuk menjaga kenyamanan satwa rusa juga untuk menjaga keamanan pengunjung sendiri.
Walau rusa tergolong satwa jinak, bukan berarti pengunjung bisa berinteraksi dan berperilaku sesukanya. Berlaku santun dengan memerhatikan petunjuk keamanan sifatnya wajib saat berada di area wisata penangkaran. Sehingga momen bersama satwa rusa bisa menjadi aktifitas yang menyenangkan, menenangkan, seru dan tentunya aman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H