Mohon tunggu...
Ria Agustina
Ria Agustina Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat sayur lodeh dan gereh

Kompasianer pemula 🤗

Selanjutnya

Tutup

Money

Beras Makin Mahal, Petani Makin Senang?

5 Maret 2024   22:29 Diperbarui: 5 Maret 2024   22:31 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Toko beras di kawasan JakTim. Sumber foto: Dok. pribadi.

Harga beras terus naik. Saat ini hampir tidak ditemukan lagi beras dengan harga Rp10.000/kg. Beras medium yang biasanya dilabel harga Rp10.000/kg, saat ini harganya Rp12.000 hingga 15.000/kg. dan beras premium yang biasanya dilabel harga Rp12.000/kg saat ini mencapai Rp16.000 hingga Rp20.000/kg.

Siapa yang menjerit? Emak-emak pejuang rumah tangga? Pengusaha warteg dan mikro? Pekerja pabrik yang bergaji di bawah UMR? Karyawan gedung tinggi yang makan siangnya di warung-warung kecilan? Para pelajar?

Mayoritas masyarakat menjerit. Bahkan petani pun menjerit. Nyatanya harga beras yang semakin mahal tidak serta merta membuat petani semakin senang.

Mengapa hal ini bisa terjadi?

Harga beras yang berlaku di pasaran, berbeda dengan harga jual gabah di tingkat petani. Harga beras yang makin tinggi di pasaran (sisi konsumen), belum tentu mencerminkan kenaikan harga gabah di sisi petani sebagai produsen. Dan bahkan bisa saja terjadi, ketika harga beras di pasaran melonjak tinggi, bukannya senang, sebagian petani malah mengeluh karena merugi.

Pada masa mulai panen, misalnya, petani di beberapa daerah justru terpaksa menjual gabahnya dengan harga murah. Yang seharusnya Rp550.000/kwintal ini bisa turun menjadi Rp530.000/kwintal. Hanya sekedar untuk menutup biaya produksi. Para petani khawatir bila harga akan makin turun saat masa panen raya.

Sementara di pasaran, mengapa harga beras terus naik?

Menurut pengamat ekonomi sekaligus akademisi IPB, bp Jaenal Effendi: "Lonjakan harga beras terjadi di seluruh wilayah Indonesia pada awal tahun 2024.  Pemicu utama kenaikan harga beras kalau dari sisi ilmu ekonomi adalah terjadinya permintaan yang melebihi jumlah pasokan".

Nah di Indonesia, yang sebagian besar sistem pertaniannya tradisional, kita dapat menemui hal-hal klasik sebagai berikut:

Pertanian Tradisional

  • Rantai distribusi yang panjang. Pada sistem pertanian tradisional, rantai distribusi sudah seperti ular naga saking panjangnya yang bukan kepalang. Ketergantungan petani kepada tengkulak menyebabkan petani memiliki posisi tawar relatif rendah. Berapa pun harga yang ditentukan oleh tengkulak, petani akan menyetujuinya. 
  • Asalkan bisa menutup biaya produksi (benih, pupuk, obat-obatan, peralatan dan tenaga kerja). Biaya setelah panen juga besar. Ada tahap penggilingan, tahap transport angkut produk dari desa produksi ke kota-kota, distribusi dan pemasaran hingga sampai ke tangan konsumen. 
  • Keterbatasan modal menyebabkan petani angkat tangan dan menyerahkannya kepada tengkulak. Itu semua perlu biaya. Dan biaya dari panjangnya rantai distribusi ini menyebabkan harga beras menjadi tinggi.

  • Musim dan jedanya.  Sistem pertanian tradisional mengandalkan musim. Ada tiga musim tanam dalam satu tahunnya, yaitu:
    • Musim tanam utama: saat musim penghujan, baik di tanah basah (pengairan bagus) maupun tanah kering (tadah hujan). Bulan November sampai Maret.
    • Musim tanam gadu: tidak ada pengairan, mengandalkan air hujan atau tadah hujan. Bulan April sampai Juli.
    • Musim tanam kemarau: Agustus sampai Oktober.
  • Berdasarkan ketersediaan air, hasil panen terbaik ada pada musim tanam utama. Walau pada musim tanam lainnya bisa panen, tapi ada jeda dari satu musim panen utama ke musim panen utama berikutnya. Pada masa jeda, pasar mengandalkan sisa stok musim panen utama, juga hasil panen dari tanam gadu dan tanam kemarau yang tidak sebaik hasil panen tanam utama. 
  • Bila stok beras pada masa jeda tidak bisa memenuhi permintaan pasar. Keterbatasan stok ini yang kemudian menyebabkan harganya naik. Apalagi bila terjadi keterlambatan masa tanam dan masa panen. Akhirnya menyebabkan masa jeda menjadi lebih panjang.

  • Bencana alam.  Bencana alam yang terjadi bisa menyebabkan tertundanya masa tanam atau gagal panen. 

  • Konflik antar negara bisa mempengaruhi distribusi/perdagangan ekspor impor.  Pupuk, misalnya. Mengingat Indonesia masih bergantung kepada negara lain dalam hal ketersediaan pupuk. Negara-negara penyedia pupuk yang tengah dilanda konflik, bisa jadi mengalami kelambatan pada ekspor mereka ke negara lain. Stok pupuk yang terbatas di pasaran mengakibatkan harganya naik. Harga pupuk yang naik berdampak pada kenaikan biaya produksi.

  • Luas lahan.  Dari beberapa sumber, didapat informasi bahwa luas lahan yang digunakan untuk area pertanian belum optimal. Luas lahan basah yang bisa ditanami sekitar 30-an % dari total lahan. Sementara sekitar 60-an % berupa lahan kering yang belum dimanfaatkan menjadi lahan pangan. Dan sistem tradisional yang mengandalkan pupuk dan obat-obatan sintetis memengaruhi kondisi lahan. Lahan memiliki umur masa optimal yang pendek.

  • Data pertanian.  Ketidakakuratan data pertanian seperti berapa luas lahan, jumlah produksi beras, jumlah cadangan/stok beras, harga gabah, kebutuhan beras per kapita, dan lainnya. Data yang tidak akurat ini bisa berpengaruh pada kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Yang dalam hal ini menjadi kurang tepat. Terutama pada harga pasar yang tercipta dan keberpihakannya terhadap kesejahteraan di tingkat petani.

  • Stigma.  Petani di Indonesia mayoritas berusia menengah hingga lanjut. Semacam ada stigma tertentu di kalangan anak-anak muda untuk terjun menekuni profesi di bidang pertanian.

  • Kepentingan politik, misal masa pemilu.  Kalau ini hubungannya dengan pemegang kewenangan terkait. Seperti pengaturan lalu lintas distribusi pertanian, penetapan harga gabah dan harga pasar, pengadaan impor untuk pemenuhan atau pemberian bantuan pangan yang dimaksudkan hanya untuk kepentingan golongan tertentu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun