Mohon tunggu...
Ria Kusumawati
Ria Kusumawati Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pertumbuhan Ekonomi Kreatif di NTB Mendongkrak Kesejahteraan Masyarakat

23 November 2017   10:22 Diperbarui: 23 November 2017   10:34 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di era sekarang ini sudah tidak dapat dibendung lagi. Dampak positifnya adalah munculnya ide-ide kreatif dari generasi muda dalam kaitannya dengan pemanfaatan TIK tersebut. Adapun inovasi baru ini ternyata berpengaruh besar terhadap perekonomian bangsa. Apa sih yang dimaksud dengan Ekomoni kreatif ?

Ekonomi Kreatif adalah konsep ekonomi yang muncul akibat dari adanya ide-ide kreatif, keterampilan, serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan dan lapangan pekerjaan dengan melakukan ekspoitasi terhadap daya kreasi maupun cipta dari individu tersebut. Berkembangnya ekonomi kreatif ini diharapkan menjadi pendorong munculnya industri kreatif yang mampu mendongkrak perekonomian suatu wilayah.

Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Presiden Republik Indonesia, Bapak Joko Widodo dalam pesan pembuka pada Temu Kreatif Nasional di Banten pada Agustus 2015 silam, bahwa "Era Ekonomi Kreatif harus menjadi tulang punggung Ekonomi Indonesia". 

Keyakinan inilah yang mendorong beliau untuk membentuk Badan Ekomoni Kreatif yang berfungsi sebagai ekselelator perekonomian Indonesia. Sejak dibentuknya Badan Ekonomi Kreatif ini, segala fasilitas mulai diberdayakan guna mempercepat perkembangan industri kreatif yang ada di Indonesia.

Peran Ekonomi Kreatif tidak bisa dikesampingkan, terlihat dari data yang bersumber dari BPS, Bekraf, Kemenperin dan Kemenpar menunjukkan bahwa industri kreatif nasional mampu meningkatkan besaran PDB, nilai ekspor dan menyerap tenaga kerja yang banyak. 

Pertumbuhannya semakin meningkat hingga 7 % per tahun. Yang artinya dalam kurun waktu 2010-2015 besaran PDB ekonomi kreatif naik dari 529,96 triliun pada tahun 2010 menjadi 852,24 triliun pada tahun 2015 atau dengan kata lain naik 10,14 % per tahun. 

Kaitannya dengan nilai ekspor, ekonomi kreatif berkontribusi sebesar US$ 19,4 miliar dan mampu menyerap tenaga kerja Nasional sebanyak 15 juta orang atau hampir 14 % dari total tenaga kerja yang ada di Indonesia. Jika dibandingkan dengan Tahun 2010, angka ini mengalami peningkatan sebesar 2,15 %.

Hasil Sensus Ekonomi yang telah dilaksanakan oleh BPS pada Tahun 2016 lalu menunjukkan bahwa jumlah usaha/perusahaan ekonomi kreatif yang ada di Indonesia adalah sejumlah 8,2 juta usaha yang tersebar di seluruh Indonesia. Dari angka tersebut, di NTB hanya ada 143.163 usaha/perusahaan ekonomi kreatif. 

Nilai ini setara dengan 1,75 % dari total usaha ekonomi kreatif yang ada di seluruh Indonesia. Melihat besarnya potensi ekonomi kreatif berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan NTB khususnya ekspor, menjadi harapan kita semua bahwa ekonomi kreatif ini akan terus berkembang. 

Dari rilis BPS pada bulan Oktober lalu menyebutkan bahwa salah satu potensi ekspor yang bisa dikembangkan dari ekonomi kreatif adalah perhiasan dan permata.

Komoditas perhiasan dan permata ini masih menjadi produk unggulan NTB untuk diekspor. Ekspor terhadap komoditas perhiasan dan permata adalah ekspor terbesar kedua setelah ekspor barang tambang/ galian non migas yang mencapai 561.029 US$. Tidak ada yang memungkiri bahwa Sumber Daya Alam yang tersedia di NTB ini sangatlah melimpah. 

Namun dengan berbagai kendala yang ada, sampai saat ini masih belum mampu diekplorasi secara maksimal oleh masyarakat. Pola pikir masyarakat yang lebih mudah menjual sumber daya alam yang ada mentah-mentah juga menjadi salah satu kendala perkembangan ekonomi kreatif yang ada di NTB. 

Karena dengan adanya ekonomi kreatif maka nilai jual dari komoditi-komoditi tersebut akan jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai yang diperoleh dengan hanya menjualnya tanpa olahan dan kemasan yang lebih tahan lama serta menarik bagi konsumen.

Output Sensus Ekonomi 2016 yang lalu juga dapat dimanfaatkan untuk melihat beberapa perkembangan ekonomi kreatif di NTB. Antara lain adalah peta potensi ekonomi kreatif menurut subsektor kategori usaha dan pelaku usaha, menjadi benchmarkindicator ekonomi (PDB, PDRB, Tenaga kerja, eskpor, dll), bagaimana daya saing usaha bidang ekonomi kreatif dan potensi serta prospek usaha bidang ekonomi kreatif. Sampai saat ini baru ada 16 subsektor ekraf yang dikembangkan, yaitu arsitektur, desain komunikasi visual, desain produk, film, animasi dan video, fotografi, kriya, kuliner, music, fashion, aplikasi dan game developer, penerbitan, periklanan, televise dan radio, seni pertunjukkan dan seni rupa.

Ada beberapa hal menarik lainnya dapat kita jumpai dari hasil sensus ekonomi terkait dengan ekonomi kreatif. Pertama bahwa ternyata pengusaha ekonomi kreatif yang ada di NTB didominasi oleh kaum hawa.  Lebih dari separuh atau tepatnya 71, 29 persen pengusaha ekonomi kreatif di NTB ini ternyata perempuan. Hal ini tentu terkait dengan usaha ekonomi kreatif di NTB yang kebanyakn berhubungan dengan kaum hawa, seperti kuliner, fashion dan kriya.

Fenomena lain yang ada di NTB adalah para pengusaha ekraf belum memanfaatkan internet secara maksimal dalam mengembangkan usahanya. Bayangkan saja hanya 3,47 persen usaha dari seluruh usaha ekonomi kreatif yang ada di NTB yang menggunakan media internet. 

Padahal di era digital seperti sekarang ini, semua ilmu dapat diperoleh melalui internet. Mulai dari ide usaha, desain model, sampai dengan tutorial-tutorial  bagaimana pemasaran produk yang lebih menarik bagi konsumen.

Sayang sekali bahwa para pengusaha ekonomi kreatif yang ada di NTB khusunya masih jauh dari sentuhan era digital. Pemanfaatan media internet ini kebanyakan dikonsumsi oleh para pengusaha yang  bergerak di sektor desain komunikasi, periklanan, desain interior, desain produk dan sejenisnya. 

Namun tidak banyak pengusaha khususnya di sektor kriya dan kuliner yang sudah memanfaatkan kecanggihan dari media internet ini. Mudah-mudahan ke depannya, para pengusaha ekonomi kreatif yang ada di NTB semakin melek internet karena ekonomi  kreatif sendiri adalah perwujudan nilai tambah daris suatu kekayaan intelektual yang lahir dari kreativitas manusia yang berbasis ilmu pengetahuan, warisan budaya, dan teknologi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun