G kebayang paniknya seperti apa. Teringat pula saya akan teman lama yang berada di Pulau sebrang....tepatnya Kota Bima.
Kota Bima yang beberapa bulan lalu terkena banjir berkali-kali setinggi 2 m menyebabkan listrik dan jaringan komunikasi padam berhari-hari.
Trauma yang mendalam dirasakan semua warga setiap mendengar bunyi gemuruh tanda hujan akan turun. Bahkan salah satu teman di sana rela pindah meninggalkan harta bendanya untuk bisa pindah ke Mataram karena trauma istrinya yang amat berat terhadap peristiwa tersebut.
Ya......ini tak lain akibat gundulnya hutan-hutan pelindung kami yang ditebang oleh pihak-pihak tak bertanggungjawab.
Air hujan yang biasanya kami nantikan untuk menghapus panas dan debu yang memenuhi pekarangan sekarang tak lagi berbisik mesra memainkan nada dengan rintik-rintiknya yang syahdu. Air itu sudah letih.....sekarang sudah mulai bernyanyi dengan nada-nada keras. Membawa kepanikan lagi lagi dan lagi.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H