Survey dari Litbang 89,3% anak remaja melihat iklan rokok dari billboard, tetapi Alhamdulillah semua billboard tentang rokok di Jakarta sudah diturunkan, kita berharap anak Jakarta lebih dulu bisa berhenti untuk tidak merokok. Ketika beberapa hari lalu saya berkunjung ke kota Bandung, masih banyak bertebaran iklan rokok disebagian jalan.
Generasi muda yang terpapar tergoda untuk menjadi perokok:
1). 7,6 % melihat dari iklan.
2). 11,3 % punya barang dari produksi rokok, dari promosi-promosi yang dilakukan oleh produsen rokok.
3). 7,7 % pernah menerima rokok secara gratis, hal ini menyebabkan otomatis mereka ingin mencoba, dan ada istilah “banci” kalau tidak merokok, atau takut tidak dianggap jadi bagian dari komunitas teman-temannya bila tidak ikutan merokok.
Untuk memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia pada tanggal 31 Mei 2016, dengan tagar Suarakan Kebenaran, kita berikan informasi yang benar tentang bahaya merokok melalui edukasi, sosialisasi, peringatan bergambar yang dibuat front model yang baik dan benar, dengan mengunggah hal-hal baik tanpa rokok, ciptakan kawasan tanpa rokok, karena merokok itu tidak baik, dengan begitu berharap mereka tidak merokok.
“Jangan bunuh dirimu dengan candu rokok.”
Iklan rokok selalu memberi image bahwa merokok itu bisa bikin laki-laki jadi macho, seorang pekerja yang baik, memiliki keluarga yang bahagia, apakah itu suatu kebenaran?
Mari kita canangkan pesan pendukung dari Kemenkes:
- Tolak jadi target.
- Asapmu membunuh impianku.
- Lindungi anak dan remaja dari sasaran promosi rokok, pesan untuk para orang tua jangan pernah menyuruh anaknya membelikan rokok karena itu sama saja mengajari anak sejak dini untuk merokok. Jauhkan akses anak untuk mendapatkan rokok.
- Lindungi masyarakat dari dampak asap rokok, terutama perempuan dan anak-anak.
- Lindungi ibu hamil dan bayi dari bahaya asap rokok.
- Tidak ada keluargaku yang merokok.