Mohon tunggu...
ria buchari
ria buchari Mohon Tunggu... Freelancer - freelancer

perempuan biasa yang suka masak dan belajar nulis belajar dan belajar terus..

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pentingnya Industrialisasi di Sektor Perkebunan

9 Mei 2016   21:23 Diperbarui: 10 Mei 2016   21:32 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selasa (03/05/2016) bertempat di gedung Menara 165 yang berlokasi di jalan TB Simatupang - Jakarta Selatan, saya bersama beberapa rekan blogger mendapat kesempatan untuk menghadiri acara diskusi dan konperensi pers dengan tema “Kesuksesan Perkebunan Tanpa Kemajuan Industrialisasi” yang bertepatan dengan peluncuran buku bapak Prof. Dr. Ir. Agus Pakpahan, APU yang berjudul “Perkebunan Pemerdekaan Indonesia”.

dok. pribadiUntuk kata sambutan selamat datang disampaikan oleh bapak Ir. Heri Moerdiono, MM selaku pimpinan redaksi Media Perkebunan dimana bapak Agus Pakpahan menjadi salah satu pengisi rubriknya yaitu di rubrik Teropong. Bapak Heri mengatakan satu-satunya media yang masih ada dan yang punya kontribusi tentang perkebunan yaitu Media Perkebunan.

Untuk sambutan selanjutnya disampaikan dari perwakilan Dirjen Perkebunan Kementrian Pertanian yaitu bapak Dr. Dwi Pratomo Sujatmiko, selaku Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar. Bapak Dwi mengatakan di era globalisasi yang kita rasakan saat ini punya peran penting di sektor perkebunan dan sangat menentukan untuk meningkatkan perekonomian nasional, dan beliau berharap diskusi ini semoga dapat membuka cakrawala berpikir kita dalam membangun dan menjalankan perekonomian masyarakat ditengah persaingan Masyarakat Ekonomi Asean.

Peran penting perkebunan saat ini, kontribusinya dalam menyeimbangkan neraca perdagangan nasional, antara lain:

  • Perkebunan meningkatkan devisa negara dengan kualitas ekspor
  • Penyediaan bahan pangan dan bahan baku industri
  • Penyerapan tenaga kerja
  • Sumber utama pendapatan masyarakat pedesaan
  • Pengentasan kemiskinan
  • Penyediaan bahan bakar nabati
  • Berkontribusi dalam pelestarian sumber daya alam
  • Penurunan emisi gas rumah kaca.

Sebagai narasumber diskusi ini yaitu bapak Prof. Dr. Ir Agus Pakpahan, APU selaku Dewan Pakar Media Perkebunan dan Ketua Badan Eksekutif Gabungan Asosiasi Petani Perkebunan Indonesia (Gapperindo), di damping oleh bapak Dr. MT Felix Sitorus, Sosiolog Agribisnis dipandu oleh moderator. Buku karya bapak Agus Pakpahan setebal 157 halaman ini secara umum berisi tentang kebijakan politik perkebunan Indonesia dari masa ke masa. Banyak ilmu yang bisa di dapat dalam buku ini yaitu ilmu tentang kebijakan-kebijakan beliau, hasil riset dalam bidang perkebunan luar negeri, bisa sebagai inspirasi penting menambah wawasan kita tentang perkebunan.

perkebunan-573098a8379773220b1470b2.jpg
perkebunan-573098a8379773220b1470b2.jpg
dok. pribadi
beberapa negara yang dibahas dibuku ini yaitu Malaysia tentang lada, Thailand tentang kebijakan gula dan Brazil tentang pemanfaatan tebu. Ada baiknya kebijakan yang dilakukan di negara-negara asia dan Brazil tersebut diterapkan di Indonesia. Bapak Agus Pakpahan pernah menjabat sebagai Dirjen Perkebunan di tahun 1998, dimana saat itu adalah masa fase peralihan dari era Orde Baru ke era Reformasi.

Ada sesuatu yang unik pada judul buku ini, kenapa bapak Agus menggunakan kata Pemerdekaan. Beliau menjelaskan setinggi apapun status kita kalau kita budak atau penjajah tidak ada harganya, dan setinggi apapun status kita kalau kita juga tidak bisa apa-apa tidak ada harganya juga. Jadi yang dimaksud dengan Pemerdekaan tersebut adalah kondisi yang menggambarkan siapa dan apa status kita dan apa yang bisa kita kerjakan. Konteks globalnya yaitu menjaga kedaulatan dan meningkatkan kemampuan ekonomi itu adalah industrialisasi.

Tenaga kerja pertanian kita tersedot ke sektor industri. Luas pertanian di Korea lebih sempit dari kita, 2,5% penduduknya bekerja dibidang pertanian. Ketika teknologi berkembang maka industri akan maju. Pada saat industri maju seharusnya kita senang karena dapat bahan baku murah, ketika kita tidak mengolahnya maka hancurlah kita. Untuk di negara kita ini berat, karena industri andalan negara kita bahan bakunya impor. Contohnya produksi pakaian, kapas yang kita gunakan impor hampir 100% tetapi industri tekstil berkembang pesat di negara kita. tetapi yang bahan bakunya melimpah seperti karet, kelapa sawit tapi industri kita tidak berkembang, dan kita tidak mengolahnya secara maksimal. Industri yang berkembang itu harus yang bahan bakunya murah, tetapi kita tidak mengolahnya dengan maksimal sehingga kita tidak berkembang industrinya.

Apa yang bisa kita selamatkan dari negara kita. Dari seluruh komoditas pertanian yang harganya meningkat yaitu dari protein, buah-buahan dan sayuran kita impor, sedangkan yang karbohidrat seperti gula dan lain-lain menurun. Kita harus bisa melepaskan belenggu kita  dari cara berpikir kita dari tradisi-tradisi berpikir lama agar kita bisa maju. Contohnya pada tahun 1820 Taiwan, Thailand dan Malaysia lebih miskin dari kita, tetapi sekarang mereka bisa lebih maju dari kita. pada tahun lima puluhan setelah perang dunia kedua kita lebih kaya dari Korea, mengapa kita mengalami krisis ekonomi, karena mengandalkan pada hutang pinjaman luar negeri untuk BUMN.

Hal paling berat untuk lahirkan industrialisasi di Indonesia antara lain:

  • Bunga bank sangat tinggi
  • Masa kini dijual untuk masa depan
  • Kalau bisa dipermudah kenapa dipersulit.

Sebelum ada sifat dan sikap dari para pemimpin kita untuk menempatkan pertanian sebagai profesi yang mulia itulah yang disebut ideologi pertanian. Kuncinya ada di pimpinan untuk melindungi para petani. Pertanian harus dikembangkan, karena pertanian membuat negara Amerika maju, dan negara kita pun bisa lebih maju, semoga kedepannya negara kita bisa mengolah hasil bumi kita dengan lebih baik.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun