Namaku Laras, usiaku 26 tahun, aku adalah ibu rumah tangga dengan dua anak. Anak pertamaku berumur 8 tahun, anak kedua berumur 3 tahun. Anak pertamaku duduk di bangku kelas 1 SD, dan anak keduaku masih duduk di bangku PAUD. Suamiku bernama Ahmad. Dia berumur 28 tahun. Suamiku seorang pekerja keras. Dia lelaki yang bertanggung jawab, meskipun kita sering berselisih dalam mengambil keputusan.
Suamiku dulu bekerja di sebuah pabrik. Dia resign karena permintaan orang tuanya. Jadi suamiku adalah anak satu satunya yang menggantikan untuk meneruskan berjualan di toko. Orang tuanya punya toko besar. Dia terkenal  orang kaya di desanya. Ibu suamiku sebelumnya sudah mempunyai anak dari pernikahan pertama. Suami pertamanya meninggal dunia karena sakit. Kemudian ibu mertua menikah lagi dengan bapak. Jadi suamiku punya saudara perempuan dari ibu.
Kami hidup bahagia bersama keluarga suamiku. Toko kita cukup laris, karena toko kita menjual berbagai macam kebutuhan rumah tangga. Toko dibuat seperti minimarket pelanggan bisa dengan leluasa mengambil barang kebutuhanya. Pagi hari ibu ditemani bapak menjual berbagai kebutuhan dapur. Ibu mertua dibantu oleh bapak mengembangkan toko hingga sebesar sekarang. Saking larisnya adikku yang baru lulus SMA aku ajak tinggal bersamaku. Pikirku selain untuk mengisi waktu luang, serambi menunggu pendaftaran perkuliahan juga lumayan dapat tambahan untuk uang jajan.
Adikku bernama Lia dia berumur 20 tahun. Dia lulus SMA dan masih menganggur, dia berencana kuliah, karena orang tua kami hanyalah seorang petani maka tertunda  keinginan Lia untuk kuliah, dia berencana mencari kerja di kota. Saya kasihan dengan Lia akhirnya kutawari dia untuk tinggal bersama kami di kota serambi membantu menjaga toko kami.
Lia mempunyai paras yang cantik, berkulit putih bersih meskipun tubuhnya tidak terlalu tinggi tapi dia anak yang rajin dan suka bekerja. Kami bukan hanya sekedar saudara kandung tapi juga sahabat tempat untuk mencurahkan isi hati. Sering kali saya menangis dan bercerita tentang kisah rumah tanggaku dengan Lia adikku. Dan sejauh itu Lia selalu menanggapi dan memberikan solusi yang cukup membantu untuk menyelesaikan permasalahan dalam keluarga.
Hubungan dengan mertuaku terkadang juga tidak baik-baik saja. Benar kata orang tinggal dengan mertua, tidak seindah yang kita bayangkan. Kita mau baik salah, berbuat burukpun juga tambah salah. Mas Ahmad tidak bisa menyalahkan kedua orang tuanya, dan tidak pula membela saya karena mas Ahmad takut hubungan dengan orang tuanya merenggang hanya karena menuruti semua kemauan istrinya. Cukup bijaksana pemikiran mas Ahmad. Untungnya ada Lia adikku yang bisa kuajak bicara, dia selalu menghiburku ketika aku dan suami berselisih paham tentang orang tua mas Ahmad. Tapi sejauh ini hubunganku dengan mertua baik-baik saja.
Sampai pada suatu saat aku berfikir untuk membantu Lia dalam mewujudkan impiannya melanjutkan kuliah di swasta, sembari membantuku dan mas Ahmad menjaga toko, karena mertua laki -laki divonis terkena stroke, jadi ibu mertua harus optimal menjaga dan merawat bapak.
Kami hidup rukun dan bahagia, bahkan hasil  penjualan bisa untuk membeli mobil, kebutuhan rumah tangga yang tercukupi, kita punya tabungan, dan sedikit untuk membiayai Lia kuliah. Suamiku tidak keberatan jika uang kita, sedikit untuk biaya kuliah Lia, karena Lia sudah banyak membantu dalam keluarga kita. Kita bersyukur dapat membiayai Lia sampai lulus S1.
Tak henti ucapan terima kasih ibu dan bapakku di desa pada suami dan tentunya diriku, karena sudah membantu untuk membiayai Lia hingga lulus S1. Aku cukup mengalah meskipun aku hanya lulusan SMA. Alhamdulillah kehidupan keluargaku tercukupi, saya cukup bersyukur dengan kondisi saya sekarang.
Sampai pada suatu hari entah firasat apa yang ada di benakku. Aku merasa tidak nyaman dengan suami dan adikku Lia. Mereka seperti menyembunyikan sesuatu yang aku tidak pernah tau. Terlihat suamiku mempunyai perhatian lebih ke Lia adikku.
Anak bungsuku sejak kecil sudah dekat dengan tantenya Lia daripada denganku. Sering kali si bungsu tidur dengan tantenya. Aku tidak mau berfikir negatif, dengan kedekatan anakku dan tantenya. Mungkin karena Lia penyayang pada anak-anak. Kubiarkan anakku tidur dengan Lia. Hal inilah menjadi penyebab aku tidak nyaman dengan suami dan adikku.
Sering kali suami mengajak Lia dan anakku jalan-jalan sekedar ke pasar malam untuk membeli mainan. Akupun tidak pernah berfikir negatif pada suamiku karena kesibukanku mengurus toko yang tak pernah sepi pembeli. Aku hanya bisa bersyukur, Lia bisa menggantikanku untuk mengasuh anak-anakku dikala aku sibuk dengan pekerjaanku.
Ketika suami sakit, Lia selalu memberi perhatian dan merawat suamiku dengan berlebihan. Sedikit dongkol hati ini tapi aku tetap menjaga hati untuk tidak emosi. Sampai pada suatu hari aku tidak sengaja membuka hp suami yang chat mesra ke Lia adikku. Sungguh aku tidak percaya, sampai aku foto chat suami dan adikku.Â
Aku tidak percaya tapi inilah kenyataanya. Ya suamiku jatuh hati pada adik kandungku. Aku diam meski mengetahui semua ini. Selama 4 tahun aku diam, dan mereka berdua menjalin hubungan secara diam-diam, mereka menganggap aku tidak mengetahuinya. Meskipun aku tahu semuanya. Aku harus menjaga hubungan baik keluargaku dan keluarga mas Ahmad. Bagaimana perasaan ibuku dan mertuaku jika hal ini sampai terdengar oleh mereka. Hal buruk yang jarang orang melakukannya. Aku hanya terdiam tapi sungguh hatiku terkoyak.
Sampai suatu hari anakku yang pertama mengetahui sendiri jika ayahnya dengan tantenya punya hubungan yang tidak biasa. Anakku bercerita pada neneknya ke ibu mertuaku. Dengan perlahan ibu mertua menanyakan kebenarannya padaku, lalu kujawab dengan tangisan. Ibu mertua tidak bisa berkata sedikitpun dan hanya terdiam lemah.
Karena hal tersebut suami bertengkar hebat denganku, sampai tetangga semua keluar. Aku menjerit dan berteriak keluar rumah. Tetangga berhamburan menjadi tontonan warga. Sampai akhirnya suami dan adikku pergi dari rumah dengan membawa mobil kita. Seketika itu saya ditalak oleh suamiku dan akan menikahi adikku Lia. Aku hanya terdiam tak henti air mata terurai hingga basah peluh tubuhku dengan air mata.
Ya Allah kupasrahkan semua apa yang menjadi kehendak dan jalanMu. Aku hanya mengikuti derasnya air mengalir dalam kehidupan. Semoga Engkau memberiku kekuatan. Ini mungkin sudah menjadi takdirku. Berikan kuat hati dan raga agar bisa melampauinya.
Saat ini aku masih tinggal bersama mertuaku. Karena mertuaku tidak ingin aku pergi dari rumah. Beliau tidak ingin anak-anakku terguncang dengan keadaan. Sambil menunggu keadaan membaik dalam keadaan tenang dan kepala dingin akan ku selesaikan semua ini dengan seizin Allah SWT. Semoga dimudahkan jalan ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H