Mohon tunggu...
Ria Fillasari
Ria Fillasari Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menulis merupakan hal baru bagi saya. Mencoba artinya memasuki hal baru yang belum pernh dilakukan. Semoga saya bisa meniru teman teman untuk bisa menulis dan menjadikan hal ini sebagai hobi yang positif. Salam literasi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lukaku Kubawa Hingga tak Berujung

21 Oktober 2023   20:49 Diperbarui: 21 Oktober 2023   20:54 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namaku Laras, usiaku 26 tahun, aku adalah ibu rumah tangga dengan dua anak. Anak pertamaku berumur 8 tahun, anak kedua berumur 3 tahun. Anak pertamaku duduk di bangku kelas 1 SD, dan anak keduaku masih duduk di bangku PAUD. Suamiku bernama Ahmad. Dia berumur 28 tahun, kita terpaut 2 tahun. Suamiku seorang pekerja keras. Dia laki-laki yang cukup bertanggung jawab meskipun  kita sering berselisih dalam mengambil keputusan.

Suamiku dulu bekerja di sebuah pabrik. Dia resign karena permintaan orang tuanya. Karena orang tuanya sudah dirasa tak mampu untuk bekerja, jadi suamiku satu satunya yang menggantikan untuk meneruskan berjualan di toko orang tuanya.  Orang tuanya punya toko besar. Dia terkenal  orang kaya di desanya. Ibu suamiku sebelumnya sudah mempunyai anak dari pernikahan pertama. Kemudian ibu mertua menikah lagi dengan bapak dan punya anak yaitu suamiku. Jadi suamiku punya saudara perempuan dari ibu mertua.

Kami hidup bahagia bersama keluarga suamiku. Toko kita cukup laris, karena toko kita menjual berbagai macam kebutuhan rumah tangga yang dibuat seperti minimarket. Jika pagi mertua menjual berbagai kebutuhan dapur dibantu oleh bapak mertua waktu masih sehat. Ibu mertua dibantu oleh bapak mengembangkan toko hingga sebesar sekarang. Saking larisnya  adikku yang baru lulus SMA aku ajak tinggal bersamaku. Pikirku selain untuk mengisi waktu luang, serambi menunggu pendaftaran perkuliahan juga lumayan dapat tambahan untuk uang jajan.

Adikku bernama Lia dia berumur 20 tahun. Dia lulus SMA dan masih menganggur, dia berencana kuliah, karena orang tua kami hanyalah seorang petani maka tertunda  keinginan Lia untuk kuliah, dia ingin berencana mencari kerja di kota. Karena itu saya kasihan dengan Lia akhirnya kutawari dia untuk tinggal bersama kami di kota serambi membantu menjaga toko kami.

Lia mempunyai paras yang cantik, berkulit putih bersih meskipun tubuhnya tidak terlalu tinggi tapi dia anak yang rajin dan suka bekerja. Kami bukan hanya sekedar saudara kandung tapi juga sahabat tempat untuk mencurahkan isi hati. Sering kali saya menangis dan bercerita tentang kisah rumah tanggaku dengan Lia adikku. Dan sejauh itu Lia selalu menanggapi dan memberikan solusi yang cukup membantu untuk menyelesaikan permasalahan dalam keluarga.

Hubungan dengan mertuaku terkadang juga tidak baik-baik saja. Benar kata orang tinggal dengan mertua, tidak seindah yang kita bayangkan. Kita mau baik salah, berbuat burukpun juga tambah salah. Mas Ahmad tidak bisa menyalahkan kedua orang tuanya, bagaimanapun dia harus menghormati orang tuanya. Dan tidak pula membela saya karena mas Ahmad takut hubungan dengan orang tuanya merenggang hanya karena menuruti semua kemauan istri. Cukup bijaksana pemikiran mas Ahmad, yang bisa menempatkan diri. Untungnya ada Lia adikku yang bisa kuajak bicara, dia selalu menghiburku ketika aku dan suami berselisih paham. Meskipun seperti itu tapi hubunganku dengan kedua mertuaku selalu baik-baik saja. Alhamdulillah masih bersabar dalam memahami orang tua mas Ahmad. 

Sampai pada suatu saat aku berfikir untuk membantu Lia dalam mewujudkan impiannya melanjutkan kuliah di swasta, sembari membantuku dan mas Ahmad menjaga toko, karena mertua laki -laki divonis terkena stroke, jadi ibu mertua harus optimal menjaga dan merawat bapak.

Kami hidup rukun dan bahagia, bahkan hasil  penjualan bisa untuk membeli mobil, kebutuhan rumah tangga yang tercukupi dan kita punya tabungan, dan sedikit untuk membiayai Lia kuliah. Suamiku tidak keberatan jika uang kita, sedikit untuk biaya kuliah Lia, karena Lia sudah banyak membantu dalam keluarga kita. Kita bersyukur dapat membiayai Lia sampai lulus S1.

Tak berhenti ucapan terima kasih ibu dan bapakku di desa pada suami dan tentunya diriku, karena sudah membantu untuk membiayai Lia hingga lulus S1. Aku cukup mengalah meskipun aku hanya lulusan SMA. Alhamdulillah kehidupan keluargaku tercukupi, saya cukup bersyukur dengan saya yang sekarang.

Sampai pada suatu hari entah firasat apa yang ada di benakku. Aku merasa tidak nyaman dengan suami dan adikku Lia. Mereka seperti menyembunyikan sesuatu yang aku tidak pernah tau. Terlihat suamiku mempunyai perhatian lebih ke Lia adikku. Memang anakku yang terakhir lebih dekat ke Lia dari pada ke aku ibunya sendiri. Tapi aku tidak mau berfikir negatif, mungkin karena memang Lia type wanita penyayang anak-anak. Kubiarkan anakku tidur dengan Lia.

Sering kali suami mengajak Lia dan anakku jalan-jalan sekedar ke pasar malam untuk membeli mainan. Akupun tidak pernah berfikir negatif pada suami dan adikku karena kesibukanku mengurus toko dan alhamdulillah aku terbantu oleh adikku yang mengurus anak-anakku.

Ketika suami sakit, Lia selalu memberi perhatian dan merawat suamiku dengan berlebihan. Sedikit dongkol hati ini tapi aku tetap menjaga hati untuk tidak emosi. Sampai pada suatu hari aku tidak sengaja membuka hp suami yang chat mesra ke Lia adikku. Sungguh aku tidak percaya, sampai aku foto chat suami dan adikku.

Aku tidak percaya tapi inilah kenyataanya ya suamiku jatuh hati pada adik kandungku. Aku diam dan mengetahui semua ini. Selama 4 tahun aku diam, dan mereka berdua menjalin hubungan secara diam-diam, aku dianggap tidak mengetahuinya. Aku harus menjaga hubungan keluargaku dan keluarga mas Ahmad. Bagaimana perasaan ibuku dan mertuaku jika hal ini sampai terdengar oleh mereka. Aku terdiam tetapi hatiku terkoyak.

Sampai suatu hari anakku yang pertama mengetahui sendiri jika ayahnya dengan tantenya punya hubungan yang tidak biasa. Anakku bercerita pada neneknya ke ibu mertuaku. Dengan perlahan ibu mertua menanyakan kebenarannya padaku, dan kujawab dengan tangisan. Ibu mertua tidak bisa berkata sedikitpun dan hanya terdiam lemah.

Karena hal tersebut suami bertengkar hebat denganku, sampai tetangga semua keluar. Aku menjerit dan berteriak keluar rumah. Tetangga berhamburan menjadi tontonan warga. Sampai akhirnya suami dan adikku pergi dari rumah dengan membawa mobil kita. Seketika itu saya ditalak oleh suamiku dan akan menikahi adikku Lia. Aku hanya terdiam tak henti air mata terurai hingga basah peluh tubuhku dengan air mata.

Ya Allah kupasrahkan semua apa yang menjadi kehendak dan jalanMu. Aku hanya mengikuti derasnya air mengalir dalam kehidupan. Semoga Engkau memberiku kekuatan. Ini mungkin sudah menjadi takdir saya. Berikan saya kuat hati dan raga agar bisa melampauinya.

Saat ini aku masih tinggal bersama mertuaku. Karena mertuaku tidak ingin aku pergi dari rumah. Beliau tidak ingin anak-anakku terguncang dengan keadaan. Sambil menunggu keadaan membaik dalam keadaan tenang dan kepala dingin akan ku selesaikan semua ini dengan seizin Allah SWT. Semoga dimudahkan jalan ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun