Mohon tunggu...
Feby riarolensia
Feby riarolensia Mohon Tunggu... Lainnya - Jadi diri sendiri

Bersyukur

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ibu Pekerja Keras

14 September 2021   08:55 Diperbarui: 14 September 2021   08:57 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di pagi yang sunyi, disebuah rumah kecil, lahir seorang Bayi kecil Perempuan di bulan Februari dia terlahir di dari Wanita yang luar biasa.

Sedetik setelah ia keluar untuk menatap dunia ia belum pernah bertemu seorang Ayah kenapa?....
 
Ya aku lahir dari keluarga yang serba bekecukupan aku mempunyai Ibu yang hebat namun, Sayangnya aku tidak seberuntung orang lain yang mempunyai Ayah yang didambakan sebagai Spiderman atau penolong saat anak perempuan nya sedih, susah atau senang .

Aku mempunyai Ayah yang bisa dibilang brengsek ,kenapa begitu?nama ku Tasya, aku mempunyai Ayah yang sering keluar pagi pulang malam,  tidak jarang pula ia tidak pulang ke rumah ,bahkan dia sering pulang kerumah dalam keadaan mabok ,, ia seorang pengangguran  karna dia malas untuk mencari pekerjaan. Mau nya seperti bos yang mengharapkan uang mengalir tanpa bekerja.

 Dia sering bermain judi , mabok mabokan ,nongkrong ditempat yang tidak jelas,ya intinya dia tidak betah dirumah, keluarga ku sering kali dihina oleh orang lain, bahkan kadang hinaanya itu menusuk sampai ke hati.

Tapi kami selalu bersyukur dengan apa yg kami miliki, aku mempunyai Ibu yang sangat perkerja keras ia banting tulang untuk bisa makan sehari hari,

Nama Ibu ku Ibu Rosa ,Ibu ku berkerja dengan profesi berjualan gula, Ibu ku berjualan dipagi hari  hingga sore hari, keliling- keling mengetuk pintu demi pintu dengan membawa keranjang gula yang begitu berat,  aku selalu ikut mulai usai ku 2 bulan. Aku selalu  digendong nya untuk ikut berjualan karna kalau ditinggal dirumah tidak ada yg menjaga ku dengan kondisi aku yg masih kecil belum mengerti apa-apa dan ingin menyewa pembantu tapi Ibu tidak punya uang yang cukup , Ibu ku berjualan dengan berjalan kaki berpuluh-puluh  meter sampai barang dagangannya habis.

Tapi tidak jarang ada yang sisa dan dibawa pulang kemudian dijual lagi keesokan harinya, sesaat sampai dirumah Ibu ku tidak langsung istirahat tapi Ibu langsung bergegas ke dapur untuk memasak susu kacang kedelai untuk dijual dimalam hari nanti, saat malam hari tiba sekitar pukul 7 malam keluar lah Ibu bersama ku dari rumah untuk kembali bekerja menjual susu kacang kedelai.

Ibu ku bersyukur sekali karna berjualan susu kedelai tidak sesusah berjualan gula karna berjualan susu kedelai sudah ada pelanggan nya jadi kami tinggal  mengantarkan saja, 20 biji perhari habis dengan harga 2000 per plastik kecil.
 
Setelah jualan kami habis kami langsung bergegas untuk pulang ,hari demi hari kami lewati bersama hingga aku sudah menginjak remaja umur ku kini sudah 15 tahun.
Suka dan duka selalu kami terima dengan lapang dada karna kami percaya semua akan ini pada waktunya.

Dimalam yang sunyi aku sedang mengerjakan tugas ku dikamar kecil ku tiba-tiba ada seorang yang mengetuk keras pintu rumah kami  saat itu Ibu ku sedang masak didapur dan Ayah ku  sedang menonton tv ,karna aku penasaran aku mengintip dari kaca jendela kamar ku karna  aku penasaran sekali siapa itu yg mengetuk pintu malam-malam jam 11 malam, tidak tau sopan santun pikir ku.

 Tidak lama kemudian aku memberanikan diri ku untuk membuka pintu rumah kami, yaa kenapa tidak Ayah ku yang membuka karna dia ketakutan aku tidak tau sebabnya apa , setelah aku buka pintu itu ternyata dia adalah seorang laki-laki tinggi  berkumis tebal memakai kacamata.

Sebenernya aku tidak takut sama sekali, dan orang itu berkata sambil membentak , kata nya "Mana bapa mu? suru keluar" setelah aku mendengar itu aku langsung lari ketakuan ke dapur menghampiri Ayah dan Ibu ku sambil berkata "Ayah di luar ada laki-laki tinggi yang mencari Ayah" , aku tau sebenarnya Ayah takut tapi kemudian Ayah ku menghampirinya

kemudian mulai lah teggang ternyata orang tersebut menagih uang yg dipinjam oleh Ayah ku untuk bermain judi besar 5 juta , hati ku hancur aku dan Ibu ku menangis didapur mendengar percakapan mereka , Ayah ku dikasih waktu 2 Minggu untuk melunasinya ,dan aku berifikir dari mana uang Ayah ku untuk membayar hutang sebanyak itu? , setelah kejadian itu Ayah ku merasa bersalah sekali, dia mencari uang entah dari mana dan ia mencicilnya kepada laki- laki tersebut,Namun belum cukup.

Setalah 2 bulan berlalu orang itu kembali datang dan menagih uang tersebut , Ayah ku sedang duduk didepan teras Ibu ku sedang menonton tv kemudian laki-laki tersebut datang dengan emosi yang membara , sebelum nya aku sudah mengintip dia dari jendela kamar ku dan aku melihat ditangannya ia seperti membawa batu sepertinya batu itu akan dilempar ke ayah ku  , seketika aku meloncat dari tempat tidur ku ,setelah aku keluar dari kamar orang itu sudah akan melemparkan batu itu pada Ayah ku, tapi muzijat tuhan terjadi batu itu tak jadi dilempar ke Ayah ku,karna aku langsung  meneluluk Ayah , aku melindungi dia dan menangis sekencang-kencangnya.

Lalu berkatalah laki-laki itu katanya "Mana janjimu? saya tunggu 2 bulan blm juga anda bayar hutang anda" , Ayah ku hanya bisa diam ,dan Ibu ku  berkata "Sudah ku bilang kepada anda sabar saya masih punya arisan disana nanti kalau sudah dapat  nanti saya langsung bayar ke anda" ,lalu orang tersebut berkata "Saya tidak peduli dengan arisan mu! yang saya butuhkan uang saya kembali".

Disitu keadaan makin memanas aku nangis sekencang kencangnya dada ku sakit luar biasa , aku berjalan mendekati orang tersebut sembari mengisyaratkan lebih baik kamu pulang dulu, tapi aku tidak sanggup untuk mengucapkan nya aku hanya menyuruh ia keluar dengan tangan ku yang seperti mengusir. Karna keadaan sudah sangat panas,  setelah kejadian itu . Ayah ku minta maaf kepada Ibu ku dan aku karna sudah buat kami ketakutan, Ibu ku hanya berkata "Ayah harus bertobat tinggalkan semua masa lalu Ayah yang membuat semua hancur , tatap masa depan serahkan semua keluh kesah Ayah kepada Tuhan percaya Tuhan pasti tuntun langkah Ayah untuk menjadi orang yang lebih berguna lagi", dan Ibu ku juga bilang pada ku aku tidak boleh sedikit pun dendam dengan orang tersebut.

Sejak kejadian itu kami berfikir keras bagaimana caranya agar hutang itu terlunasi dan Ibu mengutuskan untuk menjual rumah yang ia beli sejak masih gadis , karna arisan Ibu masih cukup lama untuk mendapatkan nya.  

Setelah rumah kami dijual dan kami masih bersyukur karna pembeli rumah kami masih mengizinkan kami untuk tinggal dirumah tersebut dengan mengontrak ,uang dari hasil penjualan rumah Ibu ku selanjutnya untuk membayar hutang Ayah ku dan selebihnya uang itu dibuat usaha warung kopi kecil-kecilan untuk ayah ku dan sekarang Ibu ku masih tetap berjualan seperti biasa dan Ayah ku berjualan kopi.
 
Kami bersyukur karna masalah hari kemarin kami menjadi pribadi yg lebih bersyukur lagi dan saling menolong satu sama lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun