Mohon tunggu...
Ria Riesdasariah
Ria Riesdasariah Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Ibu rumahtangga. Menyukai jalan-jalan, fotografi dan tulis menulis.\r\nKata-kata yang disukai: tangguh dan lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Catatan Harian Bencana Tohoku: Sakura Hapuskan Kemuraman

15 April 2011   01:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:47 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_102374" align="aligncenter" width="640" caption="Ilustrasi/Admin (shuterstock)"][/caption]

Kecantikan Sakura memang tak tertandingi. Lebih dari sepekan ini seluruh daratan Jepang tertutup helaian bunga sakura berwarna putih hingga merah jambu. Rona ini semoga semburatkan kebahagiaan kepada seluruh rakyatnya tanpa kecuali.

Musim semi di Jepang ditandai dengan mekarnya Sakura. Dimulai dari daratan paling selatan di bulan Februari lalu merayap ke atas dan terakhir di daratan Hokkaido akhir April ini. Ohanami atau merayakan musim semi di bawah keindahan pohon sakura -- yang tertutup seluruhnya oleh bunga --  dimulai fajar menyingsing hingga malam larut. Seluruh taman kota dan di sepanjang aliran sungai penuh dengan keceriaan ini. Tidak hanya sekadar berjalan-jalan di bawahnya namun juga berpiknik dengan aneka makanan, minuman dengan seluruh anggota keluarga. Berbagai atraksi dan festival  bahkan pemilihan Miss Sakura.

Kali ini, berbagai acara ohanami berlangsung sederhana. Hampir di seluruh pusat ohanami tidak diijinkan membawa minuman beralkohol. Bahkan kelap-kelip lentera yang menambah kecantikan sakura di malam hari ikut hilang dari pandangan. Di sepanjang aliran Sungai Meguro, misalnya,  pemerintah setempat menyampaikan permohonan maafnya. Dikatakan, bahwa tahun ini lentera yang disponsori oleh beberapa perusahaan ditiadakan karena program hemat energi yang sedang berlangsung. Tidak cuma menyangkut kemeriahan musim semi, banyak pertandingan olahraga, pertunjukan musik, fashion, bazaar amal manca negara dan lain-lain dibatalkan.

Efek psikologis dari Bencana Tohoku dikhawatirkan berbagai pihak akan melemahkan perekonomian. Kemuraman ini ditangkap oleh PM Naoto Kan dalam pidatonya Selasa kemarin. PM Kan mengimbau kepada masyarakat Jepang agar tidak terlalu "Jishuku(menahan diri)" di berbagai bidang. "Mari kita menjalankan kehidupan yang biasa."

Dalam siaran yang dilansir kantei.go.jp dan dimuat dalam status FB Seiichi Okawa, PM Kan mengatakan bahwa jangan biarkan Jepang ikut tenggelam. "Mari kita berjuang dengan segala tenaga untuk merehabilitasi dan membangun kembali Jepang. Hal ini untuk menjawab harapan para korban, juga demi anak-anak yang akan menanggung masa depan negeri ini," tegas PM Kan.

Dalam jumpa pers itu, PM Kan mengemukakan 3 prinsip utk membangun kembali Jepang. Yaitu akan membangun masyarakat yang kuat menghadapi bencana alam, membangun masyarakat yang hidup damai dengan lingkungan global, dan ketiga membangun masyarakat yang lemah-lembut bagi kaum yang lemah.

Untuk mewujudkan ketiga gagasan tersebut PM Kan mengemukakan 3 prinsip. Masing-masing, menitikberatkan suara para penderita bencana gempa dan tsunami, mengumpulkan segala akal budi dari seluruh rakyat, terakhir mentargetkan rekonstruksi negara yang berorientasi masa akan datang.

Untuk menampung segala "akal budi" bangsa Jepang, PM Kan membentuk sebuah tim khusus menangani rehabilitasi/rekonstruksi -- yang disebut Muktamar Konsep Rekonstruksi, yang terdiri dari kaum cendekiawan dan para gubernur. Tim tersebut akan memperkenalkan Blue Print-nya pada Juni mendatang.

Dalam halnya ikut membantu daerah bencana, Koseirodosho (Departemen Kesehatan & Tenaga Kerja), juga Somusho(Departemen Urusan Internal & Komunikasi) dimulai Selasa lalu telah memakai hasil produk pertanian dari daerah bencana. Dengan makan atau memakai hasil produk dari daerah bencana, mari kita ikut membantu masyarakat daerah bencana!" Diakui, produk sayur  mayur dari daerah bencana  telah ada di meja makan seluru pegawai negeri hari ini. Antara lain, tomat, ketimun, dan daun bawang asal Prefektur Fukushima. Sayur mayur asal Prefektur Ibaraki, Tochigi, Gunma dan Chiba pun akan dipakai.

Beberapa hari ini, memang saya lihat televisi NHK kerap menayangkan penjualan sayur mayur asal prefektur tersebut. Perekonomian harus segera dihidupkan. Teringat cerita sahabat dari Yokohama. Bahwa suaminya yang bekerja di sebuah pabrik palstik terancam gulung tikar dan di PHK karena konsumen terbesarnya yang berada di Prefektur Miyagi habis tersapu tsunami.

Begitu pun apa yang diberitakan oleh Reuters Japan, "For the disaster-struck areas to recover their vitality, the entire Japanese economy needs to be vibrant," said Yoshihiro Murai, the governor of Miyagi, the prefecture closest to the epicentre.

Dalam beritanya, Reuters Japan pun menulis generasi ketiga perusahaan sake di Miyago, Kaichiro Sato, 52 kehilangan toko  dan bar minuman peninggalan kakeknya. Toko yang menjadi cikal bakal perusahaan sake tersebut berdiri sejak 1903 di Pelabuhan Kesennuma yang habis tersapu tsunami kemarin.

Brewery Kakuboshi sendiri lokasinya terletak di ketinggian. Namun 80% dari konsumen setianya tidak ada lagi.  Saito memerlukan outlets baru untuk memasarkan 80 ribu botol sakenya setiap tahun.

Pastinya banyak sekali cerita-cerita penggugah jiwa di balik keburaman ini. Semoga betul bahwa bersamaan datangnya kesulitan ada kebahagiaan. Hanya wajah yang ditampilkan bergantian. Dan wajah kebahagiaan itu kini sudah terlihat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun