Â
Pendahuluan
Perubahan perilaku seksual yang terjadi belakangan ini menciptakan dinamika baru dalam masyarakat, terutama jika hal tersebut menimpa masyarakat awam. Situasi ini tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga keluarga, komunitas, dan institusi sosial lainnya. Dengan berkembangnya teknologi dan luasnya akses informasi, generasi muda khususnya di Indonesia semakin tertarik dengan ide-ide baru tentang seksualitas. Artikel ini mengkaji perubahan praktik seksual masyarakat biasa dalam konteks budaya modern dan menyajikan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut serta dampaknya terhadap kesehatan dan moralitas masyarakat.
Seksualitas di Indonesia dibentuk oleh nilai-nilai agama dan budaya yang mengedepankan kesucian dan kesetiaan dalam pernikahan. Berhubungan seks sebelum menikah dianggap tabu dan seringkali membawa stigma sosial. Namun seiring berjalannya waktu, sikap masyarakat terhadap pacaran berubah drastis. Studi yang dilakukan Setyowati (2020) menunjukkan bahwa generasi muda, khususnya di perkotaan, lebih cenderung menerima masyarakat biasa sebagai bagian dari kehidupannya. Hal ini mencerminkan perubahan paradigma dari kesetiaan ke tradisi.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi berubahnya budaya seksual di kalangan generasi muda. Pertama, kemajuan teknologi informasi dan media sosial berperan penting dalam penyediaan informasi tentang seks. Generasi Z tumbuh dalam lingkungan digital dan memiliki akses terhadap lebih banyak informasi tentang seks, kesehatan reproduksi, dan hubungan. Menurut penelitian Sulistyowati dan Budianto (2021), platform media sosial seperti Instagram dan TikTok banyak digunakan sebagai sumber informasi bagi kaum muda dan mempengaruhi pandangan mereka tentang seks dan hubungan.
Kedua, pendidikan perempuan yang terbuka dan komprehensif di sekolah juga membantu mengubah budaya. Meskipun masih terdapat tantangan dan hambatan terhadap pendidikan seksualitas di Indonesia, beberapa lembaga pendidikan sudah mulai mengalami kemajuan dalam memberikan kesadaran gender. Ini membantu kaum muda menjadi lebih sadar akan konsekuensi dari aktivitas seksual mereka.
Perubahan perilaku seksual dapat berdampak signifikan terhadap kesehatan reproduksi. Berhubungan seks dapat meningkatkan risiko infeksi menular seksual (IMS) dan kehamilan yang tidak diinginkan. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, peningkatan kehamilan remaja menunjukkan masih banyak generasi muda yang kurang mendapat informasi mengenai kontrasepsi dan kesehatan reproduksi (Kementerian Kesehatan, 2022).
Di sisi lain, penerimaan terhadap kesamaan seksualitas mendorong masyarakat untuk berbicara terbuka mengenai masalah kesehatan reproduksi. Penelitian Rakhmawati dan Nurani (2023) menunjukkan bahwa generasi muda yang cenderung mengikuti orang normal lebih cenderung mencari layanan kesehatan reproduksi dan pendidikan genetik. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman yang lebih baik tentang seksualitas dapat membantu meningkatkan kesehatan reproduksi remaja.
Meskipun terdapat kemajuan yang dicapai masyarakat dalam kaitannya dengan kemanusiaan, dilema moral masih tetap ada. Masih banyak kelompok sosial yang masih memegang teguh nilai-nilai tradisional yang memandang seks normal sebagai perilaku abnormal. Hal ini bisa membuat mereka yang tidur di luar nikah merasa tidak nyaman dan tidak sopan. Penelitian Puspita dan Ananda (2021) menunjukkan bahwa isolasi sosial dapat berdampak buruk pada kesehatan mental masyarakat karena merasa terisolasi dan kurang dukungan sosial.
Oleh karena itu, penting untuk menciptakan dialog yang terbuka dan produktif antara berbagai kelompok masyarakat. Dibutuhkan pendekatan pendidikan untuk meningkatkan toleransi dan pemahaman terhadap berbagai gagasan tentang seks. Hal ini memungkinkan masyarakat lebih terbuka terhadap perubahan tanpa mengorbankan nilai-nilai moral..
Kesimpulan
Perubahan norma gender dalam konteks budaya kontemporer di Indonesia mempunyai implikasi yang kompleks. Berbaring yang dulunya dianggap tabu, kini semakin diterima oleh generasi muda. Gerakan ini dimulai dengan kemajuan teknologi informasi, pendidikan yang lebih terbuka tentang seksualitas dan keterbukaan untuk membahas kesehatan reproduksi. Namun tantangan etika dan stigma sosial masih merupakan permasalahan yang penting untuk diatasi. Komunikasi yang efektif dan pengetahuan masyarakat menjadi faktor kunci dalam mencapai perubahan tersebut agar masyarakat dapat beradaptasi dengan zaman baru tanpa kehilangan nilai-nilai aslinya.
Referensi
Setyowati, E. (2020). "Perubahan Norma Seksualitas di Kalangan Remaja: Studi Kasus di Kota Besar Indonesia." Jurnal Sosial dan Budaya.
Sulistyowati, E., & Budianto, A. (2021). "Pengaruh Media Sosial terhadap Pandangan Seksualitas Remaja." Jurnal Ilmu Kesehatan.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2022). "Laporan Tahunan Kesehatan Reproduksi Remaja."
Rakhmawati, A., & Nurani, S. (2023). "Perilaku Akses Layanan Kesehatan Reproduksi di Kalangan Generasi Muda." Jurnal Kesehatan Masyarakat.
Puspita, R., & Ananda, D. (2021). "Stigma Sosial dan Dampaknya terhadap Kesehatan Mental Remaja." Jurnal Psikologi dan Kesehatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H