Setelah membaca dan menelusuri setiap halaman dari buku A Poem with Your Name karya Adi Kurniadi, saya merasa seperti sedang diajak berbicara secara pribadi oleh sang penyair. Buku puisi karya ke 50 beliau ini bukan sekadar kumpulan puisi; ia adalah ruang emosi yang dikemas mendalam untuk menyentuh hati pembacanya.
Gaya bahasa Adi Kurniadi adalah salah satu hal yang langsung menarik perhatian saya. Setiap bait terasa seperti perasaan yang bermakna dan setiap kalimatnya membuat saya merenung tentang sosok-sosok yang pernah singgah dalam hidup saya. Walaupun bait puisi buku ini menggunakan bahasa Inggris, penyair tidak menggunakan bahasa yang rumit dan justru itulah yang membuat puisi ini terasa mendalam.
Bagi saya, gaya bahasa yang sederhana namun penuh metafora ini menjadi kekuatan utama dari buku ini. Rasanya saya dapat menemukan kata-kata untuk emosi yang selama ini sulit diungkapkan.
Cinta adalah tema utama dalam buku ini, tetapi cinta yang digambarkan oleh Adi Kurniadi bukanlah cinta yang mudah. Terdapat rasa sakit, kerinduan, kebahagiaan, bahkan kemarahan yang menyertai setiap bait dari puisinya.
Salah satu puisi favorit saya, "Love is when you both speak silence but still understand anyway."Â
Bait ini seakan menunjukkan bahwa ketika kita terhubung dalam suatu hubungan berbalut perasaan dapat merasakan kedekatan yang melampaui kata-kata dan terkadang keduanya dapat saling memahami walaupun tanpa berbicara.
Lebih dari sekadar cinta romantis, buku ini juga menyentuh tema-tema seperti persahabatan, kesepian, dan impian diri sendiri.
Puisi lain yang membuat saya terkesan adalah, "You are the chaos to my tranquility; without you there is no harmony."Â
Bait ini mencerminkan rumitnya sebuah hubungan yang sering kali penuh konflik namun tetap menghadirkan keseimbangan. Bagi saya, puisi-puisi ini yang dihadirkan sesuai pengalaman hidup saya sendiri. Adi Kurniadi mampu menggambarkan kerinduan dan kekecewaan hidup dengan cara yang terasa begitu mendalam.
Membaca A Poem with Your Name adalah pengalaman yang menenangkan. Setiap halaman memberikan ruang untuk saya berhenti sejenak, merenung, dan merasakan. Bagi saya, buku ini adalah bukti bahwa puisi memiliki kekuatan untuk menyentuh jiwa. Penulis menggunakan kata-kata sederhana untuk menggali emosi yang rumit, dan ini adalah sesuatu yang jarang saya temukan dalam karya lain. Pesan yang saya tangkap dari buku ini adalah bahwa tidak apa-apa untuk merasakan segala hal baik itu bahagia, marah, sedih, atau rindu. Semua perasaan ini adalah bagian dari menjadi manusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H