Hari Ketiga: Penutup yang Berkesan
Hari terakhir di Batukaras kami manfaatkan untuk bersantai di pantai. Beberapa dari kami memilih berjalan-jalan menyusuri garis pantai, sementara yang lain memanfaatkan waktu untuk berfoto di beberapa spot menarik. Pantai ini memiliki batu-batu karang yang unik, sehingga menjadi latar foto yang sangat Instagrammable. Kami juga menyaksikan aktivitas para nelayan lokal yang baru saja kembali dari melaut. Melihat bagaimana mereka membawa hasil tangkapan dan berinteraksi dengan penduduk setempat memberikan perspektif baru tentang kehidupan di pesisir.
Selain itu, kami juga menyempatkan diri untuk mengunjungi Bukit Batu Hiu yang berjarak sekitar 15 menit dari Batukaras. Dari atas bukit ini, kami dapat menikmati pemandangan laut lepas yang luar biasa indah. Bukit Batu Hiu juga memiliki cerita legenda yang menarik, yang membuat kunjungan kami semakin berkesan. Kami sempat berbincang dengan pemandu lokal yang menceritakan asal-usul nama Batu Hiu, yang konon diambil dari bentuk batu karang yang menyerupai sirip ikan hiu.
Kami juga mendapati beberapa spot yang cocok untuk piknik di sekitar Bukit Batu Hiu. Terdapat area teduh di bawah pohon-pohon rindang yang membuat kami betah berlama-lama duduk sambil menikmati camilan. Di sini, beberapa keluarga terlihat membawa tikar dan makanan untuk bersantai bersama anak-anak mereka. Dari kejauhan, suara ombak yang menghantam karang terdengar berirama, menciptakan harmoni yang menenangkan.
Sebelum pulang, kami mampir ke Pasar Ikan Pangandaran untuk membeli oleh-oleh berupa ikan asin, keripik udang, dan beberapa produk olahan laut lainnya. Pasar ini juga menawarkan berbagai kerajinan tangan khas daerah yang cocok sebagai kenang-kenangan. Selain belanja, kami juga menikmati suasana pasar yang ramai dengan berbagai aktivitas perdagangan. Perjalanan pulang ke Bandung diwarnai dengan perasaan puas dan kenangan indah yang akan selalu dikenang.
Pesona Budaya dan Tradisi Lokal
Selain keindahan alamnya, Batukaras juga menyimpan pesona budaya dan tradisi lokal yang menarik. Kami sempat berkunjung ke sebuah desa nelayan di dekat pantai dan berbincang dengan penduduk setempat. Mereka dengan ramah menceritakan tentang kehidupan sehari-hari sebagai nelayan, termasuk tantangan yang mereka hadapi saat melaut. Kami juga berkesempatan melihat proses pembuatan perahu tradisional yang masih dilakukan dengan cara manual. Keahlian mereka dalam mengolah kayu menjadi perahu yang kokoh sungguh mengagumkan.
Tidak hanya itu, kami juga diperkenalkan pada tradisi lokal yang melibatkan ritual adat sebelum melaut. Penduduk setempat percaya bahwa memberikan persembahan kepada laut akan memberikan keberkahan dan keselamatan selama mereka mencari ikan. Ritual ini biasanya dilakukan secara sederhana dengan doa bersama di tepi pantai. Mengamati dan mendengarkan kisah ini membuat kami lebih memahami kedekatan masyarakat dengan alam dan tradisi mereka.
Di malam terakhir, kami menghadiri pertunjukan seni tradisional yang diadakan oleh komunitas lokal. Mereka menampilkan tarian dan musik khas Sunda yang memukau. Salah satu pertunjukan yang paling menarik perhatian kami adalah tarian Jaipong yang enerjik dan penuh makna. Acara ini memberikan pengalaman baru yang tak kalah menarik, sekaligus menjadi penutup yang sempurna untuk perjalanan kami di Batukaras.
Menikmati Kuliner Khas Batukaras
Tidak lengkap rasanya mengunjungi Batukaras tanpa mencicipi berbagai kuliner khas yang menggugah selera. Selain ikan bakar dan seafood segar, kami juga mencoba beberapa hidangan lain seperti nasi liwet khas Pangandaran yang disajikan dengan lauk pauk seperti ayam kampung, tahu, tempe, dan sambal terasi. Hidangan ini terasa istimewa dengan cita rasa pedas dan gurih yang khas.