Mohon tunggu...
Rhizal julian nugraha
Rhizal julian nugraha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajaran

Hobi saya menggambar

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Pemisahan Cirebon dari Provinsi Jawa Barat

31 Januari 2023   08:38 Diperbarui: 31 Januari 2023   08:38 550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Rabu (25/7/2012) pukul 14.23 ,Wacana pemindahan ibukota Provinsi Jawa Barat dari Bandung ke Cirebon dianggap bisa meredam gejolak masyarakat Cirebon dan sekitarnya yang ingin memisahkan diri dari Jabar dan membentuk provinsi sendiri.

Keinginan warga Cirebon dan sekitarnya ingin memisahkan diri dari Jabar karena ketidakpuasan terhadap kebijakan Pemprov Jabar.nkenapa Cirebon ini ingin memisahkan diri, karena ada ketidakpuasan (terhadap Pemprov Jabar)

Sejumlah warga mengaku merasa tidak puas dengan kinerja Wali kota Cirebon, Jawa Barat, yang sudah memimpin selama dua periode karena perhatian kepada masyarakat sendiri dinilai kurang.

"Wali kota Cirebon selama dua kali memimpin pembangunan kota semakin memprihatinkan, kini memasuki musim hujan terendam banjir, akibat tata ruang kota tidak diatur secera baik, sehingga pemerintahan saat ini dinilai kinerjanya tidak memuaskan," kata Heri Susanto Direktur LSM Komunal Jakarta kepada wartawan di Cirebon, Kamis.

Butuh penataan dan perhatian publik untuk mengarahkan pembangunan kota Cirebon yang dinilai semakin tidak terarah kemana akan dikembangkan. Kinerja Wali kota yang cukup mengecewakan masyarakat, katanya.

Calon Wali Kota harusnya mendatangi sekolah yang punya maksud dan tujuan jelas untuk membangun Kota Cirebon baik secara moril juga materil, jangan seperti kepemimpinan saat ini masyarakat kecewa karena pelayanan pemerintah masih rendah dan kinerjanya jauh dari harapan.

Masyarakat Kota Cirebon harus selektif dan memperhatikan asal-usul Calon Wali kota jangan asal pilih. Karena dampaknya seperti sekarang. Masyarakat baru menyesal karena tidak memuaskan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun