Mohon tunggu...
Saul Reinhart
Saul Reinhart Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Berbagi dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Fenomena Gunung Es yang Belum Tersentuh

1 Desember 2011   05:17 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:58 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini 1 Desember senantiasa diperingati sebagai Hari AIDS di seluruh dunia sebagai refleksi untuk menggugah umat manusia agar lebih peka dengan penderita AIDS serta mampu memberikan konstribusi dalam bentuk apapun untuk meminimalisir penyebaran HIV AIDS. Penyebarannya yang terus menunjukkan peningkatan khususnya di Indonesia menimbulkan keprihatinan bagi berbagai pihak.

Berbagai program terus dilakukan baik oleh pemerintah, pihak swasta maupun para relawan termasuk para ODHA. Kampanye-kampanye, penyuluhan-penyuluhan telah dilakukan baik di lingkungan masyarakat, sekolah-sekolah, perusahaan, komunitas-komunitas, lembaga sosial dan keagamaan dan banyak lagi kelompok maupun individu yang disasar yang tujuannya adalah untuk menekan bahkan kalau bisa mengurangi prevalensi penyakit ini.

Salah satu upaya untuk melokalisir penyebaran virus HIV yaitu lokalisasi para pekerja seks komersial masih mengalami pro kontra di beberapa daerah. Dengan berbagai alasan upaya ini selalu ditolak. Tanpa mau terjebak dalam pro kontra soal lokalisasi dipandang dari sudut keyakinan dan budaya, saya berpendapat sudah saatnya kita buka pola pikir yang sehat untuk secara bersama-sama menanggulangi masalah ini. Kenyataannya sekarang adalah dimana-mana kita mendapat informasi bahwa angka penderita HIV AIDS di beberapa daerah terus menunjukkan gejala meningkat, termasuk di daerah saya Kota Bitung, Propinsi Sulawesi Utara. Jumlah inipun hanya terbatas kepada para pekerja seks, ibu rumah tangga, karyawan, buruh, dll yang terdata di Komisi Penanggulangan AIDS Daerah. Ini tidak termasuk para PSK yang terselubung dan pria hidung belang yang menjalani kehidupan normal dalam keluarga.

Selama ini kita disuguhkan dengan pernyataan-pernyataan bahwa penderita HIV AIDS seperti fenomena gunung es dimana yang terlihat hanya sebagian kecilnya saja. Akan tetapi belum ada tindakan yang benar-benar efektif untuk meredam laju pertumbuhannya. Penanggulangannya memang tidaklah mudah mengingat efek yang timbul dengan stigma penderita HIV AIDS. Namun bukan berarti tidak ada solusi yang efektif untuk melakukannya. Kita perlu belajar dari upaya pencegahan HIV AIDS yang dilakukan di Thailand dan beberapa negara Afrika misalnya Uganda.

Dukungan pemerintah dalam hal ini tentu saja sangat diperlukan, disaat beberapa daerah mengeluhkan minimnya anggaran untuk penanggulangan penyakit ini. Selama ini salah satu lembaga yang giat melakukan upaya penanggulangan di daerah-daerah adalah Global Fund. Namun kita tentunya tidak akan seterusnya bergantung kepada LSM ini yang suatu saat menarik diri dalam kegiatan ini.

Salah satu kegiatan yang menurut saya dapat dilaksanakan secara terus menerus dan murah adalah sosialisasi dan penyuluhan-penyuluhan. Tujuannya adalah bukan untuk menakut-nakuti masyarakat namun sebaliknya agar mereka aware dengan penyakit ini dan setiap orang mendapatkan penjelasan yang benar. Kalau semua orang bisa paham apa dan bagaimana penyakit ini maka akan terbentuk sikap waspada yang akan menghindarkan mereka dari masalah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun