Kontroversi perayaan Hari Kasih Sayang (Valentine Day) yang jatuh setiap tanggal 14 Februari selalu bermunculan. Sebagian masyarakat menolak perayaan ini dengan alasan bukan budaya Bangsa Indonesia. Ada juga yang menolak dengan alasan keyakinan. Ada juga kelompok yang menyatakan bahwa sah sah saja jika dirayakan. Padahal sebenarnya perayaan ini hanya dilakukan oleh orang per orang atau kelompok-kelompok tertentu yang kebanyakan adalah anak-anak muda. Jadi bukan perayaan resmi apalagi dikaitkan dengan agama tertentu. Dalam keyakinan Kristen pun tidak ada anjuran atau perintah untuk merayakan hari kasih sayang ini. Kalau penolakan untuk merayakan hari kasih sayang ini didasarkan bahwa tidak sesuai dengan keyakinan, tentu saja ini adalah hal yang benar. Tetapi kalau penolakan ini dengan alasan bahwa pada perayaan valentine day banyak remaja melakukan seks bebas, narkoba, minuman keras dan hal-hal negatif lainnya, maka alasan ini tidak selalu tepat. Bagi remaja yang memang berniat untuk melakukan hal-hal tersebut di atas tidak harus menunggu valentine day kan? Jadi sebenarnya perilaku untuk berbuat baik atau buruk kembali kepada individu remaja itu sendiri, dimana peran orang tua, guru dan pemuka agama ikut menentukan. Analoginya, tingginya angka kematian akibat kecelakaan lalu lintas khususnya roda dua, tidak kemudian kita meminta pemerintah melarang penjualan motor atau menyuruh pabriknya tutup. Tentunya pengendara itu yang harus dibenahi, apakah cukup umur, mempunyai SIM, motornya layak jalan dan hal lainnya yang sering menyebabkan terjadinya kecelakaan.
Sebagai pribadi saya tidak pernah merayakan hari kasih sayang ini, karena beranggapan bahwa memang tidak perlu dirayakan. Dalam keyakinan pribadi bahwa kita bisa berbagi dengan sesama, menunjukkan solidaritas dengan siapa saja bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja. Seperti yang menjadi alasan sebagian orang yang menolak merayakan hari kasih sayang, alangkah baiknya jika energi dan fokus dialihkan kepada hal-hal yang lebih bermakna dan jelas, bukan sekedar mengikuti tradisi atau kebudayaan luar yang sebenarnya tidak sesuai dengan budaya negeri ini.
Tanggal 14 Februari, bagi masyarakat Sulawesi Utara sebenarnya memiliki makna yang sangat penting dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Enam puluh sembilan tahun yang lalu, terjadi peristiwa heroik di Manado yang dikenal dengan peristiwa merah  berupa penyerangan markas tentara Belanda di Teling yang dilakukan oleh anak-anak bangsa yang notabene adalah pemuda. Tanpa memikirkan kepentingan pribadi mereka rela untuk berjuang demi mempertahankan kemerdekaan.
Semangat yang dimiliki ini seharusnya mengalir dalam jiwa dari pemuda-pemuda khususnya yang ada di Sulawesi Utara. Suatu semangat yang menjadi pendorong agar di masa kini mereka lebih bisa berbuat hal-hal positif dan mempunyai makna dalam perjalanan kehidupan bangsa ini sesuai dengan bidang dan kompetensinya masing-masing. Merayakan hari kasih sayang adalah pilihan pribadi. Tetapi adalah keliru jika pilihan itu membawa kita kepada perbuatan-perbuatan negatif yang dapat merusak mental dan moral bangsa.
Tidak semua budaya dari luar memberikan dampak buruk bagi generasi muda. Masib ada hal-hal positif yang bisa  dicontoh oleh para remaja. Kembali ke analogi diatas, benahi generasi muda secara benar, orang tua lakukan tanggungjawab di rumah dengan memberikan contoh dan teladan yang benar. Para pendidik juga harus bertanggungjawab terhadap perkembangan mental dan moral, bukan sekedar memberikan angka-angka capaian akademik. Para pemuka agamapun harus mampu untuk memberikan pencerahan, memberikan batasan-batasan agama secara jelas, bukan sekedar mengritik dan memvonis generasi muda. Tanggungjawab terhadap generasi muda adalah tanggungjawab bersama. Masih banyak tindakan-tindakan para remaja yang  berbahaya, mengganggu ketertiban umum, membahayakan keselamatan orang lain bahkan tidak segan-segan menghilangkan nyawa sesama manusia. Geng motor, tawuran, begal, narkoba dan lain-lain, adalah contoh perilaku yang tidak bisa ditolerir. Ingat, bagi mereka yang merayakan valentine day, perayaan itu hanya setahun sekali. Tetapi yang namanya geng motor, tawuran, pembegalan, narkoba, seks bebas, kekerasan dapat terjadi setiap saat dan didepan mata kita. Mari kita bersama-sama mencegah agar tidak terjadi hal-hal demikian yang merugikan kita semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H