Mohon tunggu...
Rhian Rafsanjani
Rhian Rafsanjani Mohon Tunggu... Akuntan - Magister Akuntansi Universitas Mercu Buana NIM : 55521110017

Bertekad mencari ilmu

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

TB2 Prof Dr Apollo: Modal Perusahaan sebagai Aspek Penting untuk Kontribusi Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP)?

8 November 2021   23:41 Diperbarui: 10 November 2021   15:38 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seluruh negara yang ada dimuka bumi ini memiliki dampak penurunan ekonomi karena adanya pandemi covid-19 yang terjadi sampai sekarang. Sektor usaha pihak swasta banyak terjadi pengurangan biaya operasional, pengurangan gaji karyawan hingga yang mengalami dampak terburuk adalah pailit atau kebangkrutan. 

Namun disisi lain terdapat perusahaan yang memiliki modal usaha (capital working) kuat untuk menopang gejolak yang terjadi pada negara namun saat ini menjadi perhatian khusus karena diharapkan dapat memotivasi pelaku usaha lain dalam meningkatkan ekonomi negara.

Perusahaan yang memiliki modal kuat dalam bidang bisnis usaha yang dijalankan memiliki kapasitas pengelolaan modal dan keuangan yang baik karena dapat mengantisipasi proyeksi kemungkinan pesimis terburuk yang terjadi bahkan jika pendapatan perusahaan anjlok sekalipun. Harapan masyarakat terhadap perusahaan yang memiliki modal yang kuat ialah melakukan ekspansi usaha dengan memperluas lapangan pekerjaan agar lebih banyak berkontribusi kepada seluruh masyarakat.

Seorang ekonom bernama Raymond Vernon dalam dalam teorinya menyebutkan bahwa sebuah produk yang membutuhkan modal atau investasi terdapat pada beberapa fase disebut Life Cycle Model yaitu Siklus hidup yang dapat berupa Produk, entitas usaha atau industri sebagai cerminan dari tahapan proses perjalanan hidup mulai dari diperkenalkannya kepada pasar hingga pada akhirnya turun bahkan hilang dari pasar. Menurut Basu Swastha (1984:127-132), daur hidup produk itu terbagi menjadi 4 tahap, yakni :

1. Perkenalan (Introduction). pada tahap awal ini perlu dilakukan perkenalan yang intens kepada pembeli karena produk merupakan barang baru yang muncul di pasar, distribusi barang masih terbatas namun kontribusi laba juga masih relatif rendah.

2. Pertumbuhan (Growth). pada tahap ini penjualan barang mengalami peningkatan serta memperoleh laba yang signifikan namun agar distribusi makin luas pada fase ini perusahaan sebaiknya menurunkan harga jual agar lebih laris dipasar

3. Kedewasaan (Maturity). Pada fase ini penjualan masih mengalami peningkatan serta pada mengalami stagnan untuk memperluas market maka dibutuhkan usaha lebih untuk memperoleh lebih banyak penjualan dengan creative marketing atau iklan yang lebih intens

4. Kemunduran (Decline). pada tahap ini hampir semua barang baru mengalami penurunan trend karena efek dasar dari pelanggan yang memiliki sifat bosan dengan barang yang tidak mengalami perubahan. pada fase ini produk, entitas maupun industri sulit untuk mengembalikan keadaan karena telah mengalami fase terburuk untuk mengembalikan penjualan.

Dari siklus kehidupan tersebut dapat dicerminkan bahwa saat produk mengalami kemunduran atau tahap akhir dibutuhkan inovasi untuk dapat mempertahankan bahkan menjaga eksistensi produknya

teori lain yang diungkapkan oleh  Bruce D. Henderson tentang kondisi investasi atau modal yaitu teori  Boston Consulting Group Matrix yakni merupakan Matriks yang didesain untuk membantu manajer dalam pengambilan keputusan dan investasi serta permodalan. dalam hal ini terdapat 2 sumbu elemen penting yakni pangsa pasar relatif dan tingkat pertumbuhan pasar. dari kedua sumbu tersebut dibagi menjadi 4 kuadran bisnis yang diklasterisasi sebagai berikut :

1. Cash Cows – Pangsa pasar tinggi tetapi tingkat pertumbuhan nya rendah (paling menguntungkan). pada kondisi ini merupakan hal yang sangat menguntungkan perusahaan karena sedang memperoleh laba yang tinggi serta kebutuhan investasi yang kecil karena lebih banyak memperoleh pengembalian sedangkan kompetitor sangat sedikit. contoh : Pertamina persero yang memiliki kekuatan pasar sangat tinggi namun tidak terlalu banyak memikirkan tentang investasi karena sifat bisnisnya yang cukup banyak mengambil keuntungan dan return dari penjualan yang dihasilkan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun