Mohon tunggu...
Rheza Maulana
Rheza Maulana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Akademisi Ilmu Lingkungan

Rheza Maulana adalah lulusan Magister Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, dengan pengalaman sebagai Sukarelawan dan Peneliti di Pusat Penyelamatan dan Rehabilitasi Satwa.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Atraksi Lumba Semakin Dikecam Di Seluruh Dunia, Memang Apa Salahnya?

19 Desember 2021   17:58 Diperbarui: 20 Desember 2021   18:31 1295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lumba-lumba yang sudah tidak punya gigi sama sekali (Sumber: Dolphin Project)

Di Indonesia, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah menerbitkan Surat Nomor S. 989/KKH/AJ/KSA.2/9/2018, yang pada dasarnya akan mengakhiri praktik pertunjukan lumba-lumba keliling (Winahyu, 2020). Ya, memang baru atraksi lumba keliling yang dilarang; atraksi lumba di tempat wisata atau marine park  masih diperbolehkan. Namun, Indonesia juga tidak kalah dalam hal mendukung kesejahteraan lumba-lumba. Hal ini dibuktikan dengan didirikannya "Umah Lumba Rehabilitation, Release, and Retirement Center", atau "Umah Lumba" secara singkatnya. 

Umah Lumba adalah fasilitas rehabilitasi, bagi lumba-lumba yang dulunya dipekerjakan pada atraksi lumba. Lumba-lumba yang tadinya  dipekerjakan beratraksi, diselamatkan, dan ditempatkan tidak di kolam; melainkan di sea pen. Sea pen adalah fasilitas penempatan lumba-lumba yang lokasinya di laut. Dengan demikian, lumba-lumba tersebut tidak lagi perlu beratraksi, berinteraksi dengan manusia, dan mereka dapat direhabilitasi: berenang di air laut dan makan berburu ikan hidup, sebagaimana mereka hidup di laut. Secara jangka panjang, harapannya mereka dapat dilepasliarkan ke laut lepas. 

"Johnny" mantan lumba-lumba penghibur yang kini direhabilitasi di Umah Lumba (Sumber: Dolphin Project)

Sudah saatnya kita semua dari segala lapisan masyarakat, mengetahui fakta-fakta dibalik praktik atraksi lumba. Mari kita sejenak merenungkan: apakah lumba-lumba, hewan cerdas yang selayaknya hidup berkelompok dan berenang ratusan kilometer per hari pantas tinggal di kolam renang yang ukurannya tidak seberapa; tersiksa, demi kesenangan dan hiburan kita? Bila kita memang tulus peduli pada kesejahteraan dan kelangsungan hidup lumba-lumba, bukankah lebih baik bila kita kerahkan daya dan upaya untuk melindungi mereka di laut lepas? 

Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat menjadi tambahan pengetahuan bagi para pembaca, mari kita bersama berupaya  demi masa depan yang lebih baik untuk lumba-lumba; khususnya di Indonesia. Upaya ini dapat dilakukan paling minimal dengan mengedukasi diri sendiri, dan peduli tentang isu ini. Mari mulai dari yang sederhana, mulai dari diri sendiri, mulai dari sekarang. Salam. 

Referensi:

Alaniz, Yolanda dalam Swimming with Slaves. (2021)

Daly, Natasha. (2019). National Geographic "How to do wildlife tourism right"

Dolphin Project. (2021). “Umah Lumba Rehabilitation, Release, and Retirement Center”

Dr. Jan Schmidt-Burbach. (2021). "Breaking the Myth: dolphins don't smile"

Dr. Lori Marino. (2015). "How smart are dolphins?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun