Setelah merumuskan tujuan pembelajaran yang jelas dan merancang asesmen yang relevan, guru siap menciptakan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa. Dengan pendekatan Understanding by Design (UbD), guru tidak hanya sekadar menyampaikan materi, tetapi juga merancang aktivitas pembelajaran yang mendorong siswa untuk berpikir kritis, kreatif, dan kolaboratif. Pembelajaran yang dirancang dengan baik akan membawa siswa pada pemahaman yang lebih dalam. Penggunaan teknologi digital yang terintegrasi dalam pembelajaran semakin memperkaya pengalaman belajar siswa.Â
Bayangkan, siswa tidak hanya mendengarkan penjelasan guru, tetapi juga aktif bereksplorasi, berdiskusi, dan membuat proyek-proyek menarik menggunakan berbagai perangkat digital. Pembelajaran yang tidak terbatas pada ruang kelas memungkinkan siswa untuk menghubungkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata, sehingga pengetahuan yang mereka peroleh menjadi lebih relevan dan berkesan. Sebagai fasilitator, guru berperan penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif untuk mendorong siswa aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa tidak hanya menjadi penerima pasif informasi, tetapi juga menjadi pembelajar aktif yang mampu membangun pengetahuannya sendiri. Â
Penerapan UbD di Indonesia
Di Indonesia sendiri, Penerapan Understanding by Design (UbD) semakin mendapatkan perhatian dalam beberapa tahun terakhir. Pendekatan ini menawarkan kerangka kerja yang sistematis bagi guru dalam merancang pembelajaran yang berpusat pada pemahaman siswa. Â
penerapan kerangka UbD untuk perancangan dan pengembangan kurikulum kini menjadi hal yang sedang digaungkan bersamaan dengan berlakunya Kurikulum Merdeka sejak tahun 2022 sebagai penyempurnaan dari Kurikulum Darurat atau Kurikulum Prototipe pada tahun 2020 yang berbasis kompetensi untuk mendukung pemulihan pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) pada masa Pandemi Covid-19.
Salah satu contoh penerapan UbD adalah Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Melalui proyek-proyek yang menantang, siswa tidak hanya belajar dari buku, tetapi juga belajar untuk berpikir kritis, bekerja sama, dan memecahkan masalah. Misalnya, siswa bisa membuat film pendek tentang masalah lingkungan di sekitar sekolah.Â
Dengan begitu, siswa tidak hanya belajar tentang lingkungan, tetapi juga belajar bagaimana cara menyampaikan pesan kepada orang lain dan bekerja sama dalam tim. Â Hal ini sejalan dengan prinsip UbD yang mengutamakan pemahaman kepada siswa dibandingkan menghafal materinya.
Peran guru dalam UbD sangat penting. Guru seperti seorang arsitek yang merancang sebuah bangunan yang indah dan kokoh. Guru akan membuat rencana pembelajaran yang menarik, membimbing siswa dalam proses belajar, dan memberikan umpan balik yang konstruktif. Dengan demikian, siswa akan merasa lebih termotivasi untuk belajar dan mencapai potensi terbaiknya.Â
Singkatnya, UbD adalah cara belajar yang lebih aktif dan menyenangkan. Siswa tidak hanya menjadi penerima informasi, tetapi juga menjadi penemu pengetahuan. Dengan UbD, diharapkan kualitas pendidikan di Indonesia dapat terus meningkat dan menghasilkan generasi muda yang cerdas, kreatif, dan berkarakter.
Pustaka Pendukung:
- Davila Rubio, Alejandro Mauricio. (2017). Wiggins, G., & McTighe, J. (2005) Understanding by design (2nd ed.). Alexandria, VA: Association for Supervision and Curriculum Development ASCD. Colombian Applied Linguistics Journal. 19. 140. 10.14483/calj.v19n1.11490.
- Wiggins, G., & McTighe, J. (2011). The Understanding by Design Guide to Creating High-Quality Units (Understanding by Design). Alexandria, VA: ASCD.Â
- Implementasi Understanding by Design (UbD) di Indonesia Halaman 1 - Kompasiana.comÂ
- Kementerian Pendidikan Republik Indonesia (Kemendikbud RI). (2022). Kurikulum Merdeka: Konsep dan Implementasi. Jakarta: Kemendikbud RI.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H