Senin ini (21/11/2022), saya berkesempatan untuk melakukan wawancara dengan 3 orang mahasiswa pertukaran dari Filipina yang akan berlangsung hingga Januari. Â Mereka adalah mahasiswa yang sedang menjalani program pertukaran mahasiswa antara Universitas Pendidikan Indonesia dengan Ilocos Sur Polytechnic State College - Candon City. Â Orang-orang yang telah bersedia saya wawancarai adalah Rosabel Ragudo, Justine Gretel Molina, dan Lemer Ashley RubisÂ
Mereka bertiga adalah mahasiswa yang beragama Katolik, tidak jarang mereka merasa kesulitan saat akan melaksanakan ibadah agama mereka. Hal ini dikarenakan mereka kesulitan untuk mencari tempat ibadah Katolik yang satu aliran keagamaan dengan mereka.
Saat ditanyakan tentang impresi pertama, mereka merasa sangat bahagia karena memiliki kesempatan untuk menjelajahi Indonesia dan ini merupakan kali pertama mereka keluar dari Filipina, negara asal mereka. Di kelas, mereka mendapat sambutan yang hangat dari teman-teman mereka sehingga mereka tidak merasa kesulitan mencari teman. Faktor lain yang mereka rasa mendukung mereka sehingga tidak merasa sangat kesulitan adalah karena mereka berasal dari Program Studi Tourism Management, sehingga mereka merasa perlu untuk mendekati semua orang yang mereka kenal.
Terkait dengan diskriminasi dan lainnya, mereka mengatakan bahwa sejauh ini mereka tidak mendapatkan perlakuan diskriminasi ataupun perlakuan yang tidak mengenakkan. "Justru mereka sangat wellcome kepada kami semua", kata mereka. Mereka tidak merasakan perbedaan yang sangat jauh antara Filipina dan Indonesia, perbedaan yang terasa hanyalah suhunya yang lebih dingin di Bandung daripada di Filipina.
Mereka sejauh ini telah menjelajahi Lembang, mereka awalnya mengira Lembang adalah bagian dari Palembang karena namanya yang senada. Salah satu tempat yang telah mereka jadikan destinasi wisata adalah Farm House Lembang. Mereka berencana untuk mengunjungi beberapa tempat wisata lainnya yang ada di Bandung ini secepatnya. Mereka ingin menemui lebih banyak orang karena impresi yang pertama yang mereka dapatkan adalah orangnya baik-baik, berbicaranya lembut dan selalu menolong. "Doni misalnya, dia selalu membantu kami saat kami membutuhkan sesuatu", kata Justine mewakili teman-temannya.
Mereka sempat mendapatkan "Scam" terkait keuangan saat pertama kali sampai di Jakarta. Saat menukarkan uang di Bandara, mereka merasa bahwa uang yang mereka tukarkan tidak sesuai nilainya. Mereka mendapatkan penukaran yang terbilang "murah" dibandingkan yang seharusnya, hal ini baru mereka tahu saat menukarkan uang di Bandung. Â
Mereka merasa bahwa uang yang mereka dapatkan di sini lebih murah dibandingkan di Filipina. Sayangnya mereka mendapatkan kesulitan saat menukarkan uang pecahan Rp 2.000,- dan Rp 20.000,-. Selain itu mereka juga membicarakan terkait jumlah nol yang terdapat dalam uang rupiah yang terlalu banyak sehingga kadang mereka merasa sedikit kesulitan saat menghitungnya.
Terkait stereotip tentang orang Filipina, mereka menyatakan bahwa memang ada orang yang ketika janjian, ngaret sebagaimana dengan yang kadang juga terjadi di Indonesia serta Bahasa Inggris yang mana juga merupakan mata pelajaran wajib di Indonesia juga sama di Filipina. Di akhir wawancara kami juga sempat berfoto bersama
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H