Pertukaran Mahasiswa Merdeka 2 Universitas Pendidikan Indonesia (PMM 2 UPI) melaksanakan kegiatan Modul Nusantara dengan tema Kebinekaan melalui Screening Film dalam acara Experssion Difference 2.0 yang diselenggarakan oleh Mahasiswa Fakultas Seni dan Design (FPSD) UPI pada 24 September 2022. Selain kegiatan Screening Film juga dilaksanakan kegiatan seperti Pameran Foto yang berada di sepanjang jalan menuju tempat pemutaran Film
Sintas Berlayar
Menceritakan tentang Pak Uus yang menyandang disabilitas akibat kecelakaan lalu lintas yang membuat dirinya kehilangan salah satu kakinya. Keterbatasan yang ia miliki tidak membuatnya patah semangat, justru kekurangan yang ia miliki membuatnya semangat dalam menafkahi dan menghidupi keluarganya dengan profesinya yang merupakan seorang nelayan.
Musibah tiada yang tahu, kadang jaring yang digunakan pak Uus tidak mendapatkan ikan sama sekali. Istri pak Uus juga kerap mendapat gosip dan dicemooh lantaran memiliki suami seperti pak Uus karena mendapat perkataan "Kok kamu mau-mau aja dekat sama suami seperti itu". Hal itulah yang membuat Istri pak Uus kadang bersedih, lebih daripada saat pak Uus tidak mendapatkan tangkapan ikan di laut
Rawa Belok
Film dibuka dengan pertarungan dan pertaruhan yang dimenangkan oleh Rawa. Kisah ini menceritakan Rawa yang merupakan seorang yang terpaksa menjadi Petarung jalanan untuk mencari penghasilan melalui judi tarung. Hal ini ia lakukan untuk mencukupi kehidupan keluarganya karena tidak dapat dipenuhi hanya dengan hasil melaut ayahnya. Selain menjadi petarung, Rawa juga menjadi penari Cepet yang memerankan karakter Hanoman.
Rawa yang besar tanpa ibu dikenal memiliki sifat yang bengis dan pemberani, ditakuti masyarakat, karena terkenal akan melakukan hal yang brutal ketika ada yang mengusik dirinya, keluarganya dan kampung kelahirannya. Ia juga memiliki perasaan kepada Bunga Desa yaitu Nyimas Lamping, putri Pak Lamijan.
Film ini dibalut dengan sejumlah komedi dan properti yang cukup baik seperti penggunaan “darah” yang cukup detail. Hal-hal yang menurut saya kurang adalah beberapa karakter terkesan membaca teks daripada berdialog, termasuk pada saat melakukan monolog di beberapa scene.
Film ini terkesan kurang panjang dan ditambah dengan Ending yang kurang jelas, terutama apabila kita tidak dapat menemukan Klimaks atau puncak permasalahan yang merupakan Peak Plot dalam menentukan kilas akhir filmnya.
Beberapa adegan terlalu terlihat “kurang berani” dalam pengambilannya yang mana merupakan kekurangan di saat para aktor sudah memiliki karakteristik wajah yang mendukung untuk scene tersebut, untuk penonton wanita mungkin sangat menarik namun tidak untuk laki-laki. Jika di perkenankan memberikan rating, saya berikan 6.5/10
Selain Kedua Film diatas, ada juga Film Dokumenter Awan diatas Truk yang menceritakan kisah Pak Awan yang merupakan seorang Sopir Truk dan Film How To be Forgiven By God