Mohon tunggu...
Rully Raki
Rully Raki Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar STPM St. Ursula Ende

Penggiat Isu-Isu Sosial dan Pembangunan

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Menanam Pohon dan Menanam Masa Depan (Gerakan Penghijauan Anak Muda Kota Ende)

4 November 2021   10:12 Diperbarui: 4 November 2021   10:23 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menggunakan prespektif teori Framming Process  (Bendford & Snow, 2000), gerakan penghijuan itu di-framming atau dibingkai dalam situasi dominan yang berkembang. Wacana itu sebenarnya yang cukup lama. Wacana itu berbicara tentang keresahan masyarakat akan peristiwa meluapnya air hujan yang sering terjadi di kota Ende. Salah satu penyebabnya ialah hilangnya daerah pepohonan atau juga daerah resapan karena pertambahan hunian dan semenisasi yang sudah terjadi selama 5 tahun terakhir.

Sementara, anak-anak muda Katolik Claretian mempunyai cerita dan latarbelakangnya sendiri. Pengakuan  koordinator lapangan pihak AMC, Ekawati, mengatakan bahwa gerakan ini berawal dari agenda lanjutan Workshop mengenai Linkungan Hidup dengan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Ende beberapa waktu yang lalu. Aplikasi nyata dari hasil workshop itu baru bisa dieksekusi pada kegiatan penghijuan bersama di Aebambu itu.

Lain lagi latar belakang cerita anak-anak muda dari SMA Syuradikara. Mereka kebetulan mengikuti kegiatan ini ketika salah dalam proses pengadaan bibit, bibitnya dibeli dilokasi dekat sekolah itu. Mengetahui adanya kegiatan yang baik ini, maka salah satu kelompok minat penghijauan pelajar dari sekolah ini, Green Syurt`s, ingin ikut bergabung dan menyumbang juga pengadaan bibit pohon bagi kegiatan ini.

Mungkin bisa lebih diketegorikan sebagai sebuah kebetulan, bahwa gerakan penghijauan itu akhirnya bisa mendapatkan banyak partisipan. Namun, ada hal yang baik dan sering pula terjadi dengan setiap kegiatan yang bertujuan baik. Bahwa apa yang menyangkut kebaikan, seringkali memperoleh bantuan dari semesta.

Selain itu, hampir menjadi kecenderungan anak-anak muda yang cepat terpengaruh oleh anak-anak muda yang lain. Jika pengaruhnya baik, maka mereka akan berpihak pada yang baik dan positif. Namun, hal sebaliknya bisa terjadi, jika dipengaruhi oleh hal yang tidak baik, maka buah sikap dan tindakan yang tidak baik itu yang akan muncul.

img-20211023-wa0024-618351c3b4ab2e48ce0cded2.jpg
img-20211023-wa0024-618351c3b4ab2e48ce0cded2.jpg
Lalu apa setelahnya?

Ada dua hal yang kemudian muncul setelah kegiatan penghijuan berjalan. Hal pertama ialah komentar-komentar tentang gerakan ini. Komentar diawali dengan tanggapan Pastor Paul Djeraman, CMF. Beliau adalah seorang rohaniwan Katolik dan pendamping anak-anak muda dari AMC.

Beliau mengatakan gerakan penghijauan itu merupakan salah satu aksi perwujudan dari mimpi "Ende Peduli Lingkungan." Yang luar biasa bagi beliau, bahwa gerakan ini merupakan gagasan dan eksekusi dilapangan dibuat oleh anak-anak muda sendiri. Dengan kegiatan ini, anak-anak muda sanggup menepis anggapan mereka kawula muda tidak peduli pada lingkungan dan masa depan bumi.

Kuncinya cuman satu, tandas beliau, anak- anak muda perlu terus memberi ruang. Ruang itu untuk berkreasi, melahirkan ide-ide bernas. Selain itu, percayakan kepada mereka untuk mengeksekusi ide-ide berlian itu. Menyuport dan memastikan bahwa program berjalan dengan baik adalah tugas pendamping. Akhirnya, Pastor Paul mengutip kata-kata Paus Fransiskus: "They are the Now of God." Anak muda adalah masa kini Allah.

Sementara itu, dari pihak mahasiswa sendiri, Echa Nusa dan Mira Rima, berujar kegiatan ini menunjukan kegiatan yang penting karena orang-orang muda bisa membantu mengurangi resiko bencana alam. Ini bisa jadi pembelajaran bahwa ada banyak hal baik bisa dilakukan oleh para mahasiswa. Para mahasiswa tidak akan jadi orang yang jalur hidupnya hanya pulang baik dari kost ke kampus atau dari kampus ke kost. Selain itu, kegiatan ini dapat memperindah lingkungan dan menunjukkan kecintaan anak muda terhadap alam dan lingkungan terutama memberikan manfaat membuat komplek pekuburan menjadi lebih teduh nantinya.

Selanjutnya sebagai koordinator lapangan, Ekawati berujar kalau anak-anak muda itu sebenarnya perlu diberikan ruang untuk berkreasi. Masalah yang selama ini dialami ialah kurangnya diberikan ruang dan wadah untuk itu. Mereka jadi bingung dan kadang sering melakukan hal yang tidak positif. Kegiatan ini dapat menunjukan kepedulian dan kontribusi anak muda bagi lingkungan hidup dan juga  bagi Gereja. Mengutip kata-kata Isa Almasih, dengan tindakan itu, anak-anak muda bisa jadi “terang dan garam bagi dunia.“

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun