Mohon tunggu...
Rhetty Inswiwardhani
Rhetty Inswiwardhani Mohon Tunggu... Human Resources - Ilmu yang sedikit yang dibagikan lebih berguna darpada ilmu yang banyak namun dipendam

Passionate Trainer, HR Practitioner, Lecture

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

3 Penyebab Karyawan Lama Ogah-ogahan dalam Bekerja

4 Agustus 2021   08:00 Diperbarui: 8 Agustus 2021   17:37 2300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Canva Design shutterstock

Menurut Abraham Maslow, perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh motivasi, dan motivasi itulah yang akan menggerakan perilaku yang dimunculkan oleh seseorang. 

Sebagai seorang karyawan, ada beberapa fase dalam perjalanan karirnya yang bisa menjadi penggerak dan penyemangat kerja atau bahkan menyebabkan hilangnya gairah kerja. 

Bagi para fresh graduate, motivasi mereka bekerja sebagian besar biasanya masih untuk memenuhi kebutuhan dasar. Tapi bagaimana dengan karyawan yang sudah bekerja bertahun-tahun? 

Biasanya akan terjadi pergeseran kebutuhan seiring dengan jam terbang dan pengalaman yang dimiliki, bekerja tidak lagi hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan fisik dan rasa aman semata, kebutuhan untuk pengembangan diri dan aktualisasi diri menjadi hal yang perlu diperhatikan oleh para pimpinan.

Perusahaan yang memiliki pengelolaan sumber daya manusia yang profesional pastinya dapat mengakomodasi hal tersebut diatas dengan membangun sistem pengelolaan sumber daya manusia yang berfokus pada pengembangan karyawan yang akhirnya berdampak pada peningkatkan produktifitas para pekerja serta menghasilkan manusia-manusia yang unggul didalam perusahaan tersebut. 

Tetapi tidak sedikit juga perusahaan yang masih kurang memperhatikan masalah pengelolaan dan pengembangan sumber daya manusia didalam organisasinya.

Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan para karyawan lama kehilangan semangat bekerja padahal mereka memiliki pengalaman dan kemampuan kerja yang seharusnya bisa menjadi aset yang bermanfaat bagi perusahaan, tetapi pada kesempatan ini saya hanya akan menuliskan 3 hal saja berdasarkan pengalaman para karyawan lama yaitu :

1. Jenjang Karir Tidak Jelas

Idealnya perjalanan dalam karier seseorang diharapkan terus meningkat dari satu posisi ke posisi lainnya yang lebih tinggi. Tetapi dalam struktur hirarki dan lingkup organisasi yang sempit hal ini tentu saja kurang memungkinkan. 

Biasanya kecenderungannya perusahaan menggunakan siklus perputaran roda, dimana seorang karyawan bisa naik dan turun posisi jabatan tergantung dari pilihan pimpinan tertinggi. 

Siklus seperti ini jika tidak dikomunikasikan dengan terbuka dan tanpa alasan yang objektif maka dapat membuat karyawan kehilangan kepercayaan diri, kehilangan kepercayaan kepada pimpinan dan kehilangan motivasi dalam bekerja.

2. Sistem Reward Tidak Kompetitif

Menurut Henri Simamora(2004:514) reward adalah insentif yang mengaitkan bayaran atas dasar untuk dapat meningkatkan produktivitas para karyawan guna mencapai keunggulan yang kompetitif. Reward dimaksudkan sebagai dorongan agar karyawan mau bekerja dengan lebih baik sehingga dapat meningkatkan kinerja karyawan. 

Sistem reward yang tidak dikaitkan dengan kinerja secara langsung, yang mana yang rajin dan yang malas tidak dapat diukur, bahkan jika kecenderungan pemimpin memberikan nilai sama untuk semua orang , maka mereka yang tadinya rajin dan semangat bekerja akan membandingkan dengan rekan kerjanya yang bekerja lebih santai dan biasa-biasa saja. 

Ketika karyawan menyadari bahwa tidak ada perbedaan reward ketika seseorang melakukan "extra miles" dibandingkan dengan karyawan yang bekerja seadanya saja sesuai yang diminta oleh atasan, maka budaya kerja yang ada didalamnya lama kelamaan bisa menjadi buruk, inisiatif mulai berkurang, kecenderungannya menghindari pekerjaan dan bersikap ogah-ogahan,  dan pada akhirnya kondisi seperti ini akan sulit untuk dirubah kecuali dengan ketegasan seorang pemimpin.

3. Atasan Yang Tidak Kompeten   

Tidak semua perusahaan memiliki Succession Plan untuk mempersiapkan karyawannya menjadi pemimpin. Bagi perusahaan yang masih konvensional contohnya perusahaan keluarga, pemilihan pemimpin biasanya masih didasarkan pada lama kerja, kedekatan dengan pimpinan, hubungan kekerabatan atau berdasarkan suka atau tidak suka. 

Tentu saja itu adalah hak para pemilik perusahaan, tetapi ketika aspek kompetensi dan leadership tidak diperhatikan maka kecenderungannya mereka akan melahirkan pemimpin dengan gaya "Asal Bapak Senang". 

Ketika karyawan dipimpin dengan atasan yang seperti itu, maka karyawan dibawahnya cenderung tidak akan dikembangkan dan berkembang.

Foto : Canva Design shutterstock
Foto : Canva Design shutterstock

Dan masih banyak penyebab lainnya yang menarik untuk dibahas lebih lanjut di kesempatan yang lain. Semoga kita bisa terus menjadi karyawan yang semangat dalam bekerja.

Memiliki motivasi dari dalam diri sendiri untuk terus berkembang dan memperbesar kapasitas, agar disituasi apapun dan bagaimanapun tempat kita bekerja, kita tetap bisa memacu diri kita untuk melakukan yang terbaik.

Karena jika yang didunia mengabaikan yang terbaik yang telah engkau berikan, Yang Maha Kuasa tetap melihat dan mengetahui serta mencatat apa yang engkau telah kerjakan dan akan memberikan balasannya dikemudian hari sesuai dengan apa yang engkau tabur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun