Mohon tunggu...
Rhetty Inswiwardhani
Rhetty Inswiwardhani Mohon Tunggu... Human Resources - Ilmu yang sedikit yang dibagikan lebih berguna darpada ilmu yang banyak namun dipendam

Passionate Trainer, HR Practitioner, Lecture

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

3 Penyebab Karyawan Lama Ogah-ogahan dalam Bekerja

4 Agustus 2021   08:00 Diperbarui: 8 Agustus 2021   17:37 2300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siklus seperti ini jika tidak dikomunikasikan dengan terbuka dan tanpa alasan yang objektif maka dapat membuat karyawan kehilangan kepercayaan diri, kehilangan kepercayaan kepada pimpinan dan kehilangan motivasi dalam bekerja.

2. Sistem Reward Tidak Kompetitif

Menurut Henri Simamora(2004:514) reward adalah insentif yang mengaitkan bayaran atas dasar untuk dapat meningkatkan produktivitas para karyawan guna mencapai keunggulan yang kompetitif. Reward dimaksudkan sebagai dorongan agar karyawan mau bekerja dengan lebih baik sehingga dapat meningkatkan kinerja karyawan. 

Sistem reward yang tidak dikaitkan dengan kinerja secara langsung, yang mana yang rajin dan yang malas tidak dapat diukur, bahkan jika kecenderungan pemimpin memberikan nilai sama untuk semua orang , maka mereka yang tadinya rajin dan semangat bekerja akan membandingkan dengan rekan kerjanya yang bekerja lebih santai dan biasa-biasa saja. 

Ketika karyawan menyadari bahwa tidak ada perbedaan reward ketika seseorang melakukan "extra miles" dibandingkan dengan karyawan yang bekerja seadanya saja sesuai yang diminta oleh atasan, maka budaya kerja yang ada didalamnya lama kelamaan bisa menjadi buruk, inisiatif mulai berkurang, kecenderungannya menghindari pekerjaan dan bersikap ogah-ogahan,  dan pada akhirnya kondisi seperti ini akan sulit untuk dirubah kecuali dengan ketegasan seorang pemimpin.

3. Atasan Yang Tidak Kompeten   

Tidak semua perusahaan memiliki Succession Plan untuk mempersiapkan karyawannya menjadi pemimpin. Bagi perusahaan yang masih konvensional contohnya perusahaan keluarga, pemilihan pemimpin biasanya masih didasarkan pada lama kerja, kedekatan dengan pimpinan, hubungan kekerabatan atau berdasarkan suka atau tidak suka. 

Tentu saja itu adalah hak para pemilik perusahaan, tetapi ketika aspek kompetensi dan leadership tidak diperhatikan maka kecenderungannya mereka akan melahirkan pemimpin dengan gaya "Asal Bapak Senang". 

Ketika karyawan dipimpin dengan atasan yang seperti itu, maka karyawan dibawahnya cenderung tidak akan dikembangkan dan berkembang.

Foto : Canva Design shutterstock
Foto : Canva Design shutterstock

Dan masih banyak penyebab lainnya yang menarik untuk dibahas lebih lanjut di kesempatan yang lain. Semoga kita bisa terus menjadi karyawan yang semangat dalam bekerja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun