Mohon tunggu...
RhetIM
RhetIM Mohon Tunggu... Buruh - Orang biasa

Aneh ajalah. Bingung mau dibuat apa, karena ada pepatah mengatakan, tak kenal maka tak sayang..

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Keselamatan yang Kekal

1 April 2016   21:50 Diperbarui: 2 April 2016   00:11 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lantas, apakah dengan didatangkannya para nabi, maka keselamatan itu sudah ada dan kita sudah menerimanya secara mutlak?

Belum tentu, itu jawaban saya.

Kenapa?

Seperti yang kita ketahui, bahwa begitu banyak nabi yang diutus--bahkan ada pula nabi-nabi palsu di dalamnya yang mengaku sebagai utusan Tuhan--datang dan memberikan pengajaran. Namun, tidak serta merta manusia bisa dengan mudah terlepas. Menilik kisah Musa yang naik ke atas gunung untuk menerima hukum Tuhan yang dikenal sebagai hukum taurat, namun kenyataan yang terjadi pada bangsa Israel ialah memaksa Harun membuat patung lembu 🐄 emas untuk dapat mereka sembah sebagai pengganti Tuhannya Abraham, Ishak, dan Yakub.

Baru ditinggal sebentar saja itu. Setahun juga nggak ada, hihihi....

Alkitab mencatat 40 hari lamanya.

Keluaran 24:18 (TB)  Masuklah Musa ke tengah-tengah awan itu dengan mendaki gunung itu. Lalu tinggallah ia di atas gunung itu empat puluh hari dan empat puluh malam lamanya.

Lalu, apa guna para nabi datang ke dunia?

Ya, hanya sebagai petunjuk saja. Suatu petunjuk yang mengarahkan kaki kita menuju pada keselamatan yang kekal. Para nabi itu ibarat seorang guru di sekolah.

Tugas seorang guru adalah mendidik dan mengajar. Seorang guru memberi bekal pengetahuan, namun para nabi ini lebih dari sekedar pengetahuan pada umumnya. Ya, pengetahuan tentang keselamatan yang di dapat pada ajaran Tuhan yang sebenarnya.

Jika kita sependapat bahwa para nabi kita anggap sebagai guru, lalu apakah peran orang tua terhapus begitu saja?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun